PEMBENTUKAN DAN RENCANA PERJALANAN ETNIK
Kami etnik.
Mulanya kami hanya terdiri dari individu-individu yang memiliki perbedaan
pandangan dengan tujuan hidup masing-masing. Namun dari sekian banyak perbedaan
kami memiliki satu kesamaan, yakni cinta sejarah. Ketika kami duduk bersama,
maka akan segera tergelar tanpa komando sebuah diskusi tentang sejarah. Entah
sejarah masing-masing daerah asal kami, sejarah perjalanan bangsa tercinta,
sejarah penyebaran agama di Indonesia, dan di seluruh pelosok dunia. Kami pecinta
sejarah.
Etnik beranggotakan Sembilan orang,
terdiri dari: sahabat Rifki Abasi, sahabat Mohamad Rifki Tegila, sahabat Muas
Sidik Fajri Isa, sahabat Mohamad Munif Paputungan, sahabat Harvey Tangahu, sahabat
Dahnan Simbala, sahabat Sofyan Enjemani, sahabiah Ratna Djafar, dan sahabiah Mirdayani
Pauweni. Sekilas data kami, disajikan dalam tabel berikut.
No
|
Nama
|
Umur
|
Asal
|
1.
|
Rifkyanto Abasi (Iki)
|
21
|
Gorontalo
|
2
|
Mohamad Rifki Tegila (Ki)
|
21
|
Bolaang mongondow Utara
|
3
|
Muas Sidik Fajri Isa
(Muas)
|
20
|
Gorontalo – Marisa
|
4
|
Mohamad Munif Bimantoro Paputungan
(Ozie)
|
21
|
Bolaang mongondow Induk –
Sangtombolang
|
5
|
Harvey Tangahu
|
22
|
Gorontalo-Pinogu
|
6
|
Dahnan Simbala (Opo)
|
22
|
Lolak – Labuan uki
|
7
|
Sofyan Enjemani (Fian)
|
22
|
Bolaang mongondow Utara
|
8
|
Ratna Djafar (Na)
|
21
|
Gorontalo – Patilanggio
|
9
|
Mirdayani Pauweni (Tata)
|
31
|
Gorontalo – Batudaa
|
Etnik terbentuk dalam rentang waktu
7-11 Februari 2016. Secara resmi kami bertemu pada Jumat 12 Februari 2016 untuk
membicarakan langkah awal kami sebagai tim, yakni: Ekspedisi Pinogu.
Sahabat Harvey Tangahu sebagai pribumi Pinogu mendapat tugas
untuk memandu perjalanan kami. Dalam diskusi singkat sahabat Harvey merinci
keadaan yang harus di tempuh etnik.
PNPM MPd Gorontalo (2014) dalam suatu blog: “Letak Pinogu sekitar 45 kilometer
dari Desa Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, yang menjadi satu-satunya pintu
masuk menuju Pinogu”. Dalam Kompas.com (2011) dituliskan bahwa letak pinogu
sebenarnya tidak terlalu jauh, yakni hanya sekitar 30 kilometer dari Desa
Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, yang menjadi satu-satunya pintu masuk menuju
Pinogu. Ada tiga cara menuju Pinogu, yakni lewat udara dengan helikopter, berjalan
kaki menembus hutan dan melewati lereng gunung, atau naik ojek dengan ongkos
sekali jalan Rp. 500.000 (pada saat ini ongkos ojek telah berkurang setengah
dari kutipan ini, yakni Rp. 250.000).
Dalam keadaan yang serba pas-pasan, maka tak ada alasan bagi
tim untuk memilih cara menuju Pinogu. Keputusannya kami akan menempuh
perjalanan dengan berjalan kaki menembus hutan mengikuti jalan setapak, naik
turun gunung, menyeberangi beberapa sungai, dengan waktu tempuh sekitar 8 jam
perjalanan (PNPM MPd Gorontalo, 2014).
Perjalanan akan kami lakukan. Namun tentunya orang tua dari
sahabat Harvey Tangahu haruslah diberi kabar terlebih dahulu. Dan berikut
adalah respon orang tua Harvey Tangahu yang disampaikannya melalui pesan dalam
grup pasukan etnik pada Senin, 15 Februari 2016 pukul 14:39.
“Untuk ekspedisi Pinogu sudah saya infokan pada orang tua
saya, dan beliau berdua berharap hari rabu kita ‘meluncur’ kesana. Mereka siap
menunggu kedatangan kita. Tolong jangan cancel agenda ini. Jadi untuk delapan
anggota sebentar ‘merapat’ dirumahnya tata”.
Kami pada akhirnya menetapkan keputusan bahwa “Ekspedisi Pinogu” pada Rabu 17 Februari 2016.{}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar