Rabu, 21 Juni 2017

AKU, RUMAH BERANTAKAN, CENDOL, ISRAEL, PALESTINA (Bagian 1)

Bismillahirrahmanirrahim.

Begitu tidak terarahnya setiap tulisan dalam blog ini, seolah ia merupakan pesan terselubung bagi para pengunjungnya (itu pun jika ada), bahwa sang pemilik blog sedang dalam kekalutan.

Aku muslim, papaku seorang yang taat dalam akidahnya. Tak heran jika adikku nomor dua begitu lekat dengan sifat papaku. begitu juga adikku yang ketiga, alhamdulillah, mereka terus berusaha mendekat pada Sang Khalik. Lalu aku?

Aku anak sulung dalam keluarga. Satu-satunya anak perempuan yang feminimnya hingga saat memiliki anak 3, tidak pernah tampak. Hingga pikiranku selalu dihantui, adakah benar jika aku tak berhak atas bau surga. Sering meleleh air mataku jika membaca gambaran-gambaran neraka pada kitab suciku.
Takut? Sangat!
Lalu? Entahlah!

Saat ini aku bekerja pada salah satu Universitas di kota asalku, Gorontalo. Sebagai seorang dosen. Ah, menyebutnya aku malu. Karena memang track record-ku semasa SMA siapa yang tak tahu. Sempat aku berpikir, aku beruntung jadi dosen. Belakangan baru aku diberi sedikit jawaban oleh Allah SWT, KENAPA AKU HARUS ADA DI POSISI INI.

Sejujurnya, kehidupan pribadiku tidak semulus kebanyakan pasangan di bumi Indonesia. Aku memilih untuk ber"solo karir" dalam mengasuh kedua putriku, sedang si Abang yang sulung aku serahkan hak asuhnya pada Ayahnya. Why? ada beberapa hal yang tidak bisa aku jelaskan, dan izinkan agar ia tetap menjadi rahasiaku. Setiap orang ada privasi bukan? Insyaa Allah, tujuannya bukan untuk hal jelek. Amin.

Pertanyaan yang paling banyak dilontarkan untukku adalah: "Mirda sudah ada gantinya?" atau "Ini persoala PIL, WIL?" atau "Persoalan keuangan?"
melalui tulisan ini aku menjawab: "Keputusan ini amat sulit, setara betapa sulitnya kalian percaya. Tapi, inilah keputusan, pilihanku, yang Insyaa Allah, akan membawa kami berdua ke tempat yang lebih baik, dari pada saat kami bersama."
(Aku tidak ingin siapapun mengikuti langkahku, TIDAK!!! Mohonlah kepada Allah agar dilindungi kalian dari apa yang telah terjadi pada kehidupanku. )
Kalian tidak akan paham jika tidak ditempatku beserta karakterku.

Sudah, cukup untuk kehidupan pribadiku. Mari aku lanjutkan.

Kemarin aku berusaha membuat hidangan buka puasa. Es cendol durian. Hasilnya? (Gagal total). Maklum, hanya berbekal penjelasan dari mama, dan kemampuan mengira dalam memasak. Karena merasa gagal, aku berusaha mencari di internet cara membuat es cendol yang enak. Lalu, entah karena apa, aku tiba-tiba kepikiran kurma, makanan Nabi. Kurma yang aku makan kemarin itu di impor dari TUNISIA. Bingung, Tunisia itu dimana? Iseng aku membuka tab baru pada chrome androidku, dan menemukan, Allah... TUNISIA adalah bagian Afrika paling atas kalau di peta, dan di seberang lautannya ada ITALIA. Awalnya aku berpikir hasil gambar-gambar yang ada di chrome adalah ITALI (sesuai file otakku yang ku peroleh dari film), dan aku bisa melihat peta EGYPT saat itu. Jadi EGYPT itu di benua AFRIKA? Aku kemana saja selama ini Ya Allah.

Dan lalu, aku melihat gambar lain. Pikiranku, aku berusaha tenang, tapi sejujurnya, sangat mengganggu hatiku. Ada sebuah gambar peta yang memuat pertanyaan: WHERE IS PALESTIN?
di gambar Peta itu semua wilayah telah menjadi milik ISRAEL, dan perbatasan PALESTINA yang jelas, tak ada lagi. Aku sedih. Disini aku mengurusi cendol, di luar sana, goncangan demi goncangan terjadi.

AKU, RUMAH BERANTAKAN, DAPUR, CENDOL, LEBARAN TANPA KUE, MINUMAN.
di luar sana,
Banyak orang yang bertikai hanya untuk ketenangan yang aku miliki, dan aku tidak menyadari, sedikitpun tidak, bahwa nikmat itu ada padaku.

di luar sana,
ada anak yang menangis karena tidak bisa sekolah, dan aku disini mengeluhkan cendol.

di luar sana,
banyak orang tua yang kehilangan anak, dan aku mengeluhkan rumah yang berantakan karena gelak tawa anak.

Terlalu banyak bercermin pada kehidupan orang lain, hingga diri sendiri nyaris tidak menyadari tersedia cermin besar disini.

Tunggu!!! Sebentar saja!
Semua pikiran datang satu per satu, tumpang tindih, berebutan ingin dikeluarkan dalam bentuk tulisan. Aku harus memilih. Maaf.

Oh, mari ku ceritakan sedikit tentang papa.
Papa Alm. ALEX PAUWENI, amat terkenal dari kampungnya, Desa Tualango, Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Papa itu... menurutku, seorang preman, anak yang berbakti, kakak yang penuh tanggung jawab, dan teman yang peduli.
Adalah Om Uma, seorang pamanku, anak dari salah seorang adiknya nenek, otomatis menjadi sepupu papa. Saat duduk di SMP, Om Uma ketahuan papa, bolos sekolah. Papa termasuk orang yang amat menghargai pendidikan. Papa ingin semua keluarganya mengenyam bangku pendidikan. Nah, Om Uma ketahuan bolos. Papa marah besar. Dari kota, papa mengendarai motor vespa kesayangannya ke Desa Tualango.
Ah, pokoknya, kejadiannya layak sensor. Om Uma kena bogem papa, sampai rumah papan bolong, terus Om Uma jatuh ke bawah rumah panggung itu. Sudah begitu masih disuruh naik juga, untuk bogem susulan.

Pesan papa itu pokoknya, anak-anak mesti sekolah.
Om Uma sering bilang sama aku: "Coba kalau Om Uma dengar sama papa li nou (panggilan anak perempuan), pasti tidak jadi tukang bangunan."
Aku bilang: "Om, Yusrin saja yang dikuliahkan sampai selesai. Kakaknya kan sudah tidak mau, sudah nikah juga."

Alhamdulillah... Yusrin Aswadi anak bungsu Om Uma, bergelar S.Pd sekarang.

Nah, sekarang giliran Rahmat Aswadi menuju S.Pd.
Siapa dia?
Dia akrab dipanggil Onu. Ini Sepupunya Yusrin, anaknya Pa Sisa Iwan, adik Om Uma. Insyaa Allah kalau Onu berjuang dengan baik, dia pun akan bergelar S.Pd tahun depan.
Semalam Onu datang berkunjung di rumah. Aku bercerita panjang lebar, dan seperti biasa, dia hanya berkomentar satu-satu, senyum satu-satu, tertawa juga satu-satu.
Pada akhirnya Onu bercerita soal temannya (Entah temannya, atau... seseorang. Saya berusaha mendengarkan dengan baik).

"Tata." (Panggilan kakak perempuan Gorontalo). "Ada teman saya, dia ingin sekali sekolah SMK, Ta. Tapi orang tuanya bilang, kalau mendaftar uti (panggilan anak laki-laki Gorontalo), boleh tapi biaya PKL Papa tidak sanggup."

Aku bilang ke Onu: "Kenapa tidak mendaftar saja dulu Onu? PKL itu kelas 3, dua tahun dari sekarang. Dalam sebulan saja banyak yang terjadi, apalagi dalam dua tahun. Rezeki Allah itu tidak bisa ditebak."

Onu bilang lagi: "Tapi orang tuanya tidak mendukung Tata."

Aku bilang: "Makanya, anak itu datang sama Onu sebagai  teman. Dia sedang mencari dukungan lain untuk membangkitkan motivasi. Suruhlah dia mendaftar dulu. Urusan PKL, nanti saja. pas tiba dua tahun depan. Rezeki juga sudah diatur."

Onu: "Ya Allah, Tata. Coba lihat pikiran saya. Saya bilang sama dia: kalau sekolah putus di PKL, mending tidak usah. Ya Allah."
Aku: "Itu yang Tata maksud Onu. kita harus perbaiki cara pandang, cara berpikir. Karena ini bukan tentang kita, tapi tentang sesuatu yang lebih besar, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Bijaksana."

Onu mengusap wajahnya berkali-kali.
"Berarti saya harus kasih motivasi ulang Tata."
Aku: senyum dan berharap Insyaa Allah ada jalan. Amin...

***Bersambung***















AKU, RUMAH BERANTAKAN, CENDOL, ISRAEL, PALESTINA (Bagian 2)

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga kalian semua selamat serta beroleh rahmat dan berkah d...