Sabtu, 31 Maret 2012

PENJASORKES di Sekolah Dasar


  Pengertian Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar
 Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang dilaksanakan dengan menggunakan aktivitas fisik untuk mencapai tujuan pendidikan melalui perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, tidak hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Mutohir, 1992 (dalam Samsudin, 2008:2) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Bucher, 1979 (dalam Samsudin, 2008:7) menguraikan fokus program pendidikan jasmani sekolah dasar khususnya untuk kelas 4-6 adalah:
a)      Program pendidikan jasmani harus memberikan kesempatan untuk memperoleh kesenangan, belajar keterampilan baru, dan belajar berbagai cabang olahraga.
b)      Anak juga membutuhkan latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
c)      Pada tingkat usia ini hampir pasti bahwa pendidikan jasmani dipandang sebagai tempat untuk membentuk persahabatan baru.
Dalam hal ini juga ditekankan bahwa program pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada anak untuk “Beraksi” (show off) dan anak juga mampu menghilangkan ketegangannya.
Mahendra (2003) turut menegaskan bahwa secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1)  Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.
2)  Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.
Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak.
3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan. Dalam hal ini berlaku dalil:
“….ketika memasuki masa pertumbuhan cepat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru berjalan lambat. Sebaliknya, dalam masa pertumbuhan yang lambat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan meningkat.”
Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedang tiba pada masa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.
4) Menyalurkan energi yang berlebihan
Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.
5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.

Tujuan Pendidikan Jasmani
 Tujuan umum pendidikan di sekolah dasar adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat. Selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut (Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993:5):
a)      Memacu perkembangan dan aktivitas sistem; peredaran darah, pencernaan, pernapasan, dan persarafan.
b)      Memacu pertumbuhan jasmani seperti bertambahnya tinggi, dan berat badan.
c)      Menanamkan nilai-nilai disiplin, kerja sama, sportivitas, tenggang rasa.
d)     Meningkatkan keterampilan melakukan kegiatan aktivitas jasmani dan memiliki sikap yang positif terhadap pentingnya melakukan aktivitas jasmani.
e)      Meningkatkan kesegaran jasmani.
f)       Meningkatkan pengetahuan pendidikan jasmani.
g)      Menanamkan kegemaran untuk melakukan aktivitas jasmani.
Bucher, 1979 (dalam Samsudin, 2008:7) mengemukakan tujuan pendidikan jasmani di sekolah dasar:
a)      Anak harus dipandang sebagai individu dengan kebutuhan fisik, mental, emosional, dan sosial yang berbeda.
b)      Keterampilan gerak kognitif harus mendapat penekanan.
c)      Anak harus meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, kelentukan, kemampuan dan koordinasi serta harus belajar bagaimana faktor-faktor tersebut memainkan peran dalam meningkatkan kebugaran jasmani.
d)     Pertumbuhan sosial dalam olahraga harus menjadi bagian penting dari semua program.
Dalam KTSP (2006:46) pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1)        Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2)        Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3)        Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4)        Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5)        Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis.
6)        Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
7)        Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

FAKTORMEDIS PENYEBAB CEDERA OLAHRAGA


Faktor Medis, yang dimaksud dengan faktor ini adalah semua penyebab yang berhubungan dengan medis atau yang diakibatkan cedera sebelumnya dan proses penyembuhan yang tidak sempurna. Perlu diketahui bahwa setiap anggota tubuh yang mengalami cedera akan melakukan proses penyembuhannya sendiri, namun hal itu tidak terjadi jika cedera yang terjadi cukup berat. Kalaupun terjadi proses penyembuhan, akan meninggalkan “cacat” pada jaringan yang rusak dan hal inilah yang berpotensi untuk mengalami cedera ulangan yang dapat menambah derajat kerusakan yang dialami.
Dari sisi medis akan diusahakan proses penyembuhan terjadi secepat-cepatnya dan menimbulkan  cacat yang seminimal mungkin dan dampaknya terhadap keterbatasan gerak sendi juga menjadi minimal. Untuk itu atlet, pelatih dan tim medis harus selalu bekerja sama dalam pembinaan atlet prestasi dan tidak hanya terlibat saat terjadinya cedera.

Gambar 3. Francesso Totti (Roma VS Empoli F.C, Februari 2006) cedera pada saat bertanding Sepak bola
(Sumber: Erwin, 2010/16/10)

Gambar 3. Ewald lienen (Germany VS Werder Bremen, Agustus 1981) cedera pada saat bertanding Sepak bola
(Sumber: Info bola, 2010/21/09)

AKU, RUMAH BERANTAKAN, CENDOL, ISRAEL, PALESTINA (Bagian 2)

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga kalian semua selamat serta beroleh rahmat dan berkah d...