Sabtu, 31 Maret 2012

PENJASORKES di Sekolah Dasar


  Pengertian Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar
 Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang dilaksanakan dengan menggunakan aktivitas fisik untuk mencapai tujuan pendidikan melalui perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, tidak hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Mutohir, 1992 (dalam Samsudin, 2008:2) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Bucher, 1979 (dalam Samsudin, 2008:7) menguraikan fokus program pendidikan jasmani sekolah dasar khususnya untuk kelas 4-6 adalah:
a)      Program pendidikan jasmani harus memberikan kesempatan untuk memperoleh kesenangan, belajar keterampilan baru, dan belajar berbagai cabang olahraga.
b)      Anak juga membutuhkan latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
c)      Pada tingkat usia ini hampir pasti bahwa pendidikan jasmani dipandang sebagai tempat untuk membentuk persahabatan baru.
Dalam hal ini juga ditekankan bahwa program pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada anak untuk “Beraksi” (show off) dan anak juga mampu menghilangkan ketegangannya.
Mahendra (2003) turut menegaskan bahwa secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1)  Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.
2)  Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.
Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak.
3) Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan. Dalam hal ini berlaku dalil:
“….ketika memasuki masa pertumbuhan cepat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru berjalan lambat. Sebaliknya, dalam masa pertumbuhan yang lambat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan meningkat.”
Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedang tiba pada masa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya.
4) Menyalurkan energi yang berlebihan
Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.
5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.

Tujuan Pendidikan Jasmani
 Tujuan umum pendidikan di sekolah dasar adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat. Selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut (Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993:5):
a)      Memacu perkembangan dan aktivitas sistem; peredaran darah, pencernaan, pernapasan, dan persarafan.
b)      Memacu pertumbuhan jasmani seperti bertambahnya tinggi, dan berat badan.
c)      Menanamkan nilai-nilai disiplin, kerja sama, sportivitas, tenggang rasa.
d)     Meningkatkan keterampilan melakukan kegiatan aktivitas jasmani dan memiliki sikap yang positif terhadap pentingnya melakukan aktivitas jasmani.
e)      Meningkatkan kesegaran jasmani.
f)       Meningkatkan pengetahuan pendidikan jasmani.
g)      Menanamkan kegemaran untuk melakukan aktivitas jasmani.
Bucher, 1979 (dalam Samsudin, 2008:7) mengemukakan tujuan pendidikan jasmani di sekolah dasar:
a)      Anak harus dipandang sebagai individu dengan kebutuhan fisik, mental, emosional, dan sosial yang berbeda.
b)      Keterampilan gerak kognitif harus mendapat penekanan.
c)      Anak harus meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, kelentukan, kemampuan dan koordinasi serta harus belajar bagaimana faktor-faktor tersebut memainkan peran dalam meningkatkan kebugaran jasmani.
d)     Pertumbuhan sosial dalam olahraga harus menjadi bagian penting dari semua program.
Dalam KTSP (2006:46) pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1)        Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2)        Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3)        Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4)        Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5)        Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis.
6)        Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
7)        Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

FAKTORMEDIS PENYEBAB CEDERA OLAHRAGA


Faktor Medis, yang dimaksud dengan faktor ini adalah semua penyebab yang berhubungan dengan medis atau yang diakibatkan cedera sebelumnya dan proses penyembuhan yang tidak sempurna. Perlu diketahui bahwa setiap anggota tubuh yang mengalami cedera akan melakukan proses penyembuhannya sendiri, namun hal itu tidak terjadi jika cedera yang terjadi cukup berat. Kalaupun terjadi proses penyembuhan, akan meninggalkan “cacat” pada jaringan yang rusak dan hal inilah yang berpotensi untuk mengalami cedera ulangan yang dapat menambah derajat kerusakan yang dialami.
Dari sisi medis akan diusahakan proses penyembuhan terjadi secepat-cepatnya dan menimbulkan  cacat yang seminimal mungkin dan dampaknya terhadap keterbatasan gerak sendi juga menjadi minimal. Untuk itu atlet, pelatih dan tim medis harus selalu bekerja sama dalam pembinaan atlet prestasi dan tidak hanya terlibat saat terjadinya cedera.

Gambar 3. Francesso Totti (Roma VS Empoli F.C, Februari 2006) cedera pada saat bertanding Sepak bola
(Sumber: Erwin, 2010/16/10)

Gambar 3. Ewald lienen (Germany VS Werder Bremen, Agustus 1981) cedera pada saat bertanding Sepak bola
(Sumber: Info bola, 2010/21/09)

Jumat, 30 Maret 2012

PENILAIAN KOMPOSISI TUBUH (ANTROPOMETRIK)


2.1.1      Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan tinggi-berat yang sering digunakan dalam bidang pengukuran. IMT mengukur komposisi tubuh yang secara khusus dipergunakan dalam skala-besar untuk studi kesehatan masyarakat, namun juga dalam FITNESSGRAM. Cara menghitung IMT adalah dengan menggunakan rumus berikut.

IMT =
Berat badan
(Tinggi badan)²

Keterangan:    Berat badan (kg)
                        Tinggi badan (m)

Contoh menghitung IMT; dengan mengambil berat badan seseorang 142 pound (64,61 kg) dan tingginya 5 kaki 4 inci (1,63 meter). IMT orang tersebut jika dihitung menggunakan rumusnya adalah 24,3 kg/m².

IMT =
64,61
=
64,61
=
24,3
(1,63)²
2,6569

Sementara berbagai tipe indeks berat badan dan tinggi badan telah digunakan untuk mengevaluasi komposisi tubuh, tren yang lebih terbaru telah menggunakan IMT, sebuah dokumen penting dipublikasikan pada tahun 1998 adalah laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan isyarat wabah obesitas di seluruh dunia (WHO, 1998). Bagian yang peling penting dari laporan tersebut adalah komposisi tubuh yang diklasifikasikan berdasarkan sistem pada IMT. Tabel 1 diberikan klasifikasi IMT menurut WHO tentang kegemukan dan obesitas. Kebaikan dari sistem ini adalah sistemnya begitu sederhana, berdasarkan besar tubuh pada epidemiologikal dan data kesehatan, dan hal ini menjadi alat evaluasi yang berguna.







Tabel 1. Kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk IMT kegemukan dan obesitas.

Kategori
IMT
Kurus
Normal
Kegemukan
Obesitas tingkat I
Obesitas tingkat II
Obesitas tingkat III
< 18,5
18,5 - 24,9
25,0 - 29,9
30,0 – 34,9
35 – 39,9
> 40

Pengukuran laboran terhadap persen lemak tubuh diperlihatkan sebagai “standar utama” komposisi tubuh untuk mendefinisikan obesitas. WHO merekomendasikan penggunaan nilai tunggal untuk mendefinisikan kegemukan (IMT = 25) dan obesitas (IMT = 30) yang menyatakan secara tidak langsung variabel lain seperti usia, jenis kelamin, dan suku tidak mempengaruhi IMT dan hubungan persen lemak tubuh. Terdapat penelitian ilmiah tentang tubuh yang sedang dalam masa pertumbuhan, dimana memperlihatkan bahwa hubungan antara IMT dan persen lemak tubuh benar-benar dipengaruhi oleh gender, usia, dan suku. Gallagher, dkk (1996) mempublikasikan persamaan prediksi untuk memperkirakan empat komponen laboran memutuskan persen lemak tubuh dari usia, jenis kelamin, dan ras. Sampel mereka meliputi hampir 700 orang berkulit hitam dan putih, pria dan wanita yang sangat bervariasi dalam usia dan komposisi tubuh. Mereka menemukan bahwa usia dan gender, tapi tidak termasuk ras, mempengaruhi hubungan antara IMT dan persen lemak tubuh. Mereka mempublikasikan suatu persamaan untuk memperkirakan persen lemak tubuh dari IMT, usia, dan gender diberi kode 0 untuk wanita dan 1 untuk pria. Dalam sebuah upaya untuk menegaskan keakuratan persamaan Gallagher dkk, data komposisi tubuh Jackson-Pollock dianalisis kembali untuk menguji hubungan ini. data Jackson-Pollock terdiri dari 679 pria dan wanita yang lebih dominan kulit putih. Persen lemak tubuh ditentukan dengan metode dua komponen. Persamaannya adalah sebagai berikut.

Gallagher, dkk (1996)
R = 0,81, SEE = 5,7 %fat
%fat = (1,46 X IMT) + (0,14 X Usia) –
(11,61 X Jenis Kelamin) – 10,02
Jackson-Pollock (Jackson & Pollock, 1978;
Jackson dkk, 1980; Jackson dkk, 2002)
R = 0,75, SEE = 5,5 %fat
%fat = (1,61 X IMT) + (0,13 X Usia) –
(12,11 X Jenis Kelamin) – 13,91

Tabel 2 memberikan perkiraan persen lemak tubuh pria dan wanita bagi standar kegemukan dan obesitas WHO untuk usia 20, 40, dan 60 tahun. Data ini menunjukkan walaupun dengan ras mayor dan perbedaan metodologikal dari kedua database, persamaan untuk kedua sampel menetapkan kesamaan perkiraan persen lemak tubuh. Tabel tersebut juga memperlihatkan nilai persen lemak tubuh pria dan wanita berhubungan dengan standar IMT kegemukan dan obesitas WHO dari 25 dan 30 kg/m². Tingkat persen lemak tubuh untuk standar kegemukan IMT WHO adalah sekitar 20% untuk pria dan 30% untuk wanita. Tingkat persen lemak tubuh untuk standar obesitas IMT WHO adalah sekitar 27% untuk pria dan hampir 40% untuk wanita. Persent lemak tubuh untuk pria dan wanita usia 60 tahun dapat diperkirakan sekitar 6% lebih tinggi dibandingkan usia 20 tahun untuk IMT yang sama.
Tabel 2. Penaksiran Persen Lemak Tubuh untuk Nilai Kegemukan dan Obesitas IMT WHO bagi Pria dan Wanita berbeda usia


IMT = 25 (Kegemukan)
IMT = 30 (Obesitas)
Usia
Pria
Wanita
Pria
Wanita

20
40
60
G*
17.7
20.5
23.3
J*
16.8
19.4
22.0
G*
29.3
32.1
34.9
J*
28.9
31.5
34.1
G*
25.0
27.8
30.6
J*
24.9
27.5
30.1
G*
36.6
39.4
42.2
J*
37.0
39.6
42.2









Kunci: G = perkiraan persen lemak tubuh dengan persamaan Gallagher, dkk (1996); J = perkiraan persen lemak tubuh dengan persamaan Jackson, dkk (2002)

IMT lebih berguna untuk menetapkan kompisisi tubuh individual dalam kelompok. IMT kurang akurat saat mengevaluasi komposisi individual. Dalam banyak kasus, adalah penaksiran individual yang menarik. Keterbatasan mayor IMT adalah bahwa faktor berat tidak dibagi kedalam berat bebas-lemak dan berat lemak. IMT dua individu mungkin sama, walaupun mereka mungkin berbeda secara substansial dalam persen lemak tubuh. Secara fisik sehat, individu yang memiliki otot bagus mungkin melampaui standar kegemukan dan obesitas WHO, namun memiliki persen lemak tubuh mereka rendah. Saat mengevaluasi komposisi tubuh individu, anda harus menggunakan metode yang ada, yang lebih akurat. Jika hal ini tidak mungkin untuk menggunakan metode laboran untuk menetapkan persen lemak tubuh, metode pilihan lainnya adalah lingkar tubuh, skinfold, atau impedansi bioelekrikal.

2.1.2      Lingkar Tubuh
Lingkar tubuh juga telah digunakan untuk mengukur komposisi tubuh. Pendekatan-pendekatannya meliputi penaksiran kepadatan tubuh dari kombinasi perbandingan pengukuran pinggang dan pinggul.
Lingkar tubuh berkaitan dengan jumlah cairan yang menentukan kepadatan tubuh. Lingkar yang cenderung lebih tinggi hubungannya adalah di bagian perut dan pinggul. Pada tahun 1981, Angkatan Laut Amerika Serikat beralih dari menggunakan standard tinggi badan dan berat badan untuk menaksir persen lemak tubuh dari lingkar tubuh (Hodgdon & Becket, 1984a; Hodgdon & Becket, 1984b). Variabel yang digunakan untuk persamaan Angkatan laut tersebut adalah tinggi badan, lingkar perut, lingkar pinggul, dan  lingkar leher (Hodgdon & Becket, 1984c). Tran, dkk (1989, 1988) mengemukakan persamaan umum untuk menaksir jumlah cairan penentu kepadatan tubuh dari berbagai kombinasi pengukuran lingkar tubuh. Subjek yang digunakan sangat berbeda dari segi usia dan komposisi tubuh. Tabel 3 memberikan persamaan umum yang dikembangkan pada populasi umum. Prosedur untuk mengukur lingkar tubuh diberikan dalam sumber lain (American College of Sports Medicine 2006; Behnke & Wilmor, 1974: Hodgdon & Becket, 1984c).
Tabel 3. Persamaan Regresi Umum untuk Memprediksi Kepadatan Tubuh Pria dan Wanita Berdasarkan Pengukuran Lingkar Tubuh


Persamaan Regresi
R
SEE g/cc
Putra
BD = 1.21142 + (0.00085 x V1) – (0.00050 x V2) – (0.00061 x V3) – (0.00138 x V4)
0.84
0.009
Putri
BD = 1.168297 - (0.002824 x V4) – (0.000012 x V3) – (0.000510 x V5) – (0.00216 x V6)
0.89
0.009
Kunci: V1 = Berat badan (kg), V2 =  lingkar iliaka, V3 = lingkar pinggul, V4 = lingkar perut, V5 = tinggi (cm), V6 = usia (tahun).

2.1.3      Perbandingan Pinggang-Pinggul (Waist-Hip Ratio)
Penelitian kedokteran telah menunjukkan bahwa orang dengan obesitas tipe central, visceral memiliki resiko utama untuk penyakit kardivaskuler, stroke, dan diabetes melitus bergantung pada noninsulin. Obesitas central visceral diukur dengan perbandingan pinggang-pinggul. Pengukuran yang digunakan dalam persamaan perbandingan pinggang-pinggul adalah sebagai berikut:
·         Lingkar pinggang (Waist-C) diukur pada titik paling rendah, caranya diantara umbilicus (pusar) dan xiphoid (tulang xifoid).
·         Lingkar pinggul (hip-C) diukur pada lingkar horisontal yang paling besar di sekitar bokong.
Rumusnya:

WHR =
Waist-C
Hip-C

Perkembangan obesitas central, visceral dipercayai penyebabnya adalah perubahan sistem metabolik tubuh. Pada beberapa orang keabnormalan endokrin dihubungkan dengan tahanan insulin dipercaya dapat meningkatkan resiko penyakit. Kegemukan dan obesitas secara tradisional didefinisikan oleh Indeks Massa Tubuh. Berdasarkan fakta yang dikumpulkan, dikemukakan bahwa perbandingan pinggang-pinggul mungkin merupakan suatu indeks yang lebih baik dari obesitas. Yusuf, dkk (2005) melaporkan hasil dari suatu studi penting pada 27.000 orang lebih dari 52 negara yang mewakili beberapa kelompok besar suku. Perbandingan pinggang-pinggul adalah pengukuran obesitas yang lebih tinggi hubungannya dengan serangan jantung, lebih kuat hubungannya dibandingkan IMT. Para peneliti mencatat bahwa penaksiran sebelumnya tentang pengaruh yang diberikan obesitas adalah faktor resiko penyakit kardiovaskuler akan lebih tinggi jika perbandingan pinggang-pinggul digunakan untuk dokumen obesitas, dibandingkan IMT. Jika perbandingan pinggang-pinggul digunakan untuk mengukur resiko penyakit kardiovaskuler, data ini mengemukakan bahwa dalam jumlah besar, orang yang ada di seluruh dunia akan dapat diklasifikasikan sebagai penderita obesitas. Peneliti lain memeliki pendapat bahwa latihan menentukan obesitas dengan IMT adalah mutlak dan pengukuran yang sederhana dan disukai untuk obesitas harus dengan perbandingan pinggang-pinggul (Kragelund & Omland, 2005). Seperti meningkatnya nilai perbandingan pinggang-pinggul, maka resiko serangan jantung meningkat secara progresif, dengan tanpa bukti dari nilai ambang penerimaannya. Hal ini berarti bahwa resiko bertambah buruk bersama peningkatan perbandingannya. Dalam penelitian Yusuf, dkk, partisipan dari semua kelompok usia dan suku memiliki peningkatan resiko yang signifikan pada serangan jantung pada perbandingan pinggang-pinggul angka 0.90 atau lebih besar pada pria dan 0.83 atau lebih besar pada wanita.
Istilah obesitas android digunakan untuk menggambarkan tumpukan lemak pada tubuh bagian atas dan tengah dan dapat ditunjukkan seperti bentuk Apel. Meningkatnya perbandingan pinggang-pinggul menunjukkan obesitas android dan suatu resiko tinggi pada serangan jantung. Obesitas tubuh bagian bawah di ketahui sebagai obesitas gynoid dan hasilnya kelebihan lemak bertumpuk pada pinggul dan paha. Obesitas gynoid juga ditunjukkan seperti bentuk Pir dan dihubungkan dengan resiko rendah serangan jantung.


2.1.4      Skinfold
Pengukuran skinfold sangat berhubungan dengan jumlah cairan penentu kepadatan tubuh. Pengukuran skinfold meliputi ketebalan ganda dari substansi lemak dengan caliper yang dirancang khusus (gambar 1). Beberapa caliper yang dapat diterima, dapat digunakan untuk mengukur lipatan lemak. Sebuah skinfold caliper yang sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus Komite Makanan dan nutrisi dari Majelis Penelitian Nasional Amerika Serikat harus digunakan. Caliper Lange, Harpenden dan Lafayette termasuk kriteria ini. Caliper Harpenden dapat mengukur lebih rendah sekitar 1 – 4 mm dibandingkan Caliper Lange dan Lafayette (Lohman, 1981).
Skinfold lipatan
Gambar 1. Pengukuran lemak dengan Skinfold

Bagian Tubuh yang Diukur dengan Skinfold
1.        Dada (Chest)
Sebuah lipatan diagonal diambil ½ jarak antara garis anterior axilarri dan nipple untuk pria dan 1/3 jarak dari garis anterior axilarri dan nipple untuk wanita.
Chest Skinfold for Men (a)  Chest Skinfold for women (b)
Gambar 2. Penempatan skinfold untuk wanita, (b) untuk pria


2.        Axillary
Sebuah lipatan vertikal pada garis midaxillary pada xifoid sternum.

Axillary site Skinfold for Men
Gambar 3. Penempatan skinfold axilla untuk pria


3.        Trisep
Sebuah lipatan vertikal pada garis tengah posterior dari lengan bagian atas (melewati otot trisep), ditengah antara acromion dan olecranon; siku harus rileks dan tegak.

Triceps site Skinfold1 (a) Triceps site Skinfold (b)
Gambar 4. Penandaaan tempat untuk tricep, (b) pengukuran untuk pria

4.        Punggung (subscapula)
Sebuah lipatan diambil pada garis diagonal dari arah vertebral batas 1-2 cm dari sudut inferior scapula.
Subscapula
Gambar 5. Pengukuran punggung (subskapula skinfold) untuk pria

5.        Perut (abdomen)
Sebuah lipatan vertikal diambil pada jarak samping kira-kira 2 cm dari pusar.
Abdomen1
Gambar 6. Penempatan pengukuran untuk perut (abdomen skinfold)

6.        Suprailium
Sebuah lipatan diagonal di atas kepala ilium pada titik dimana suatu garis bayangan lurus ke bawah dari arah garis anterior axillary.

Suprailium skinfold
Gambar 7. Pengukuran untuk suprailium

7.        Paha (Thigh)
Sebuah lipatan vertikal pada bagian anterior dari setengah jarak pada paha antara pinggul dan lutut.
PlacementThigh skinfold  (a) Thigh skinfold (b)
Gambar 8. Penandaan tempat, (b) Pengukuran untuk paha (Thigh skinfold)

8.        Betis (Medial Calf)
Kaki kanan diletakkan di atas sebuah bangku dengan lutut yang tertekuk pada sudut 90°, tingkat terbaik dari lilitan calf ditandai pada batas tengah. Sebuah jepitan vertikal diangkat pada sisi tengah dari betis kanan 1 cm di atas tanda, dan lipatan diukur pada ukuran maksimal.

Calf Skinfold
Gambar 9. Pengukuran untuk betis (medial calf skinfold)

2.1.5      Metode tes Skinfold
Saat mengukur dengan skinfold, jepit dan tarik kulit dengan tangan kiri anda, dan caliper di tangan kanan anda. pegang lipatan kulit (skinfolf) dengan kuat menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Posisi caliper tegak lurus pada lipatan kira-kira 1 cm (0.25 m) dari ibu jari dan telunjuk. Kemudian lepaskan pengangan caliper hingga tegangan penuh digunakan pada lipatan kulit. Gunakan lapisan pada ujung ibu jari dan jari untuk menggenggam lipatan kulit. (tester mungkin perlu memotong kuku mereka). Bacalah angka paling dekat 0.5 mm kira-kira sampai satu atau dua detik setelah pegangan dilepaskan. Anda harus melakukan pengukuran minimal dua kali. Jika hasil pengukuran berbeda hingga lebih dari 1 mm, maka lakukan pengukuran ketiga.
Jika berturut-turut pengukuran lemak menjadi kecil dan lebih kecil, kemungkinan lemaknya ditekan; ini bisa terjadi pada sebagian besar orang “lentur”. Tester harus melanjutkan pengukuran pada bagian tubuh lainnya, dan kembali ke titik yang bermasalah tadi setelah menyelesaikan pengukuran lainnya; nilai final adalah rata-rata dari hasil dua pengukuran yang terlihat lebih baik dalam mewakili lemak pada bagian tubuh. Secara khusus, tester harus menyelesaikan sat pengukuran pada satu bagian tubuh sebelum pindah ke bagian lainnya. Sangat baik jika pengukuran dilakukan saat kulit kering. Karena saat kulit basah atau agak basah tester mungkin akan menggenggam kulit ekstra (lemak) dan mendapatkan nilai yang lebih besar. Pengukuran tidak harus dilakukan segera setelah latihan atau saat subjek mengalami produksi panas berlebih, karena pergeseran cairan tubuh ke kulit akan meningkatkan ukuran lipatan kulit. Latihan dibutuhkan untuk menggenggam ukuran yang sama untuk kemantapan skinfold pada tempat yang sama setiap saat. Kemantapan dapat dijamin dengan memiliki beberapa teknisi yang melakukan pengukuran yang sama dan membandingkan hasilnya. Keahlian mengukur lipatan kulit (skinfold) mungkin dapat diraih melalui sesi latihan dengan subjek 50-100 orang lebih.

a)    Penilaian persen lemak tubuh orang dewasa dengan skinfold
Banyak orang telah mengumumkan persamaan regresi dengan fungsi untuk memprediksi oengukuran jumlah cairan yang berkaitan dengan kepadatan tubuh dari berbagai kombinasi variabel antropometrik. Lebih dari seratus persamaan terlihat dalam literatur.
Para peneliti muda mengembangkan persamaan untuk populasi yang secara relatif homogen, disebut persamaan populasi spesifik. karena persamaan populasi spesifik dikembangkan pada sampel homogen, aplikasi persamaan tersebut juga terbatas untuk sampel khusus.
Persamaan umum dikembangkan pada sampel heterogen yang lebih besar menggunakan model yang dapat memberikan keterangan bagi hubungan yang nonlinier antara lemak lipatan kulit (skinfold) dan kepadatan tubuh. Usia ditemukan sebagai satu variabel penting untuk persamaan umum (Durnin & Wormsley, 1974; Jackson & Pollock, 1978; Jackson, dkk, 1980). Keuntungan utama dari pendekatan umum ini adalah bahwa satu persamaan dapat menggantikan beberapa persamaan tanpa kekurangan akurasi prediksi. Persamaan umum dapat secara valid digunakan untuk menaksir persen lemak pada pria dan wanita dalam usia yang berbeda dan tingkat komposisi tubuh. Pembahasan selengkapnya tentang populasi spesifik dan persamaan umum dapat ditemukan pada sumber lain (Cureton, dkk, 1975; Jackson, 1984; Lohman, 1992).

b)    Persamaan umum skinfold
Memisahkan persamaan skinfold diperlukan bagi pria dan wanita. Pria dan wanita berbeda pada kadar esensi lemak dan tumpukan lemaknya (gambar 10).

Gambar 10 Gender

Gambar 10. Wanita tidak hanya memiliki persentase yang tinggi pada berat badan dari tumpukan lemaknya, tapi juga dalam esensi lemak yang terdiri dari lipid sumsum tulang, sistem saraf pusat, kelenjar air susu, dan organ lainnya. Grafik ini dibuat berdasarkan data yang dipublikasikan (Lohman, 1992) tentang distribusi lemak pada referensi untuk pria dan wanita dengan mengikuti karakteristik: referensi pria, berat badan 70 kg, 14,7% lemak tubuh; referensi wanita, berat badan 56,8 kg, 26.9% lemak tubuh.

Tabel 4 memberikan gambaran statistik untuk variabel yang digunakan untuk mengembangkan persamaan umum bagi pria dan wanita. Saat semua hasil pengukuran skinfold pada tujuh bagian dijumlahkan, mean dari distribusi pria dan wanita hampir sama, tapi pria dan wanita sangat berbeda pada berbagai bagian tubuh. Nilai rata-rata (mean wanita untuk hasil pengukuran skinfold, trisep, dan paha secara substansial lebih tinggi dibandingkan nilai pria, sementara nilai rata-rata pria pada lima bagian, terutama pada daerah batang tubuh, cenderung lebih tinggi.
Tabel 4. Gambaran Statistik dari Sampel yang digunakan untuk Mengembangkan Persamaan Umum Kepadatan Tubuh Pria dan Wanita


Pria (n = 402)
Wanita (n = 283)
Variabel
Mean
SD
Mean
SD
KARAKTERISTIK UMUM
Usia (tahun)
Tinggi (cm)
Berat (kg)
Indeks Massa Tubuh


  32.8
179.0
  78.2
  24.4

  11.0
    6.4
  11.7
    3.2

   31.8
 168.6
   57.5
   20.2

  11.5
  5.8
  7.4
  2.2
PENENTUAN LABORATORI
Kepadatan tubuh (g/cc)
Persen lemak (%)
Berat tanpa lemak (kg)
Berat lemak (kg)


    1.058
  17.9
  63.5
  14.6


    0.018
    8.0
    7.3
    7.9

     1.044
   24.4
   43.1
   14.3

   0.016
   7.2
   4.2
   5.7
SKINFOLD (mm)
Chest
Axilla
Trisep
Subscapula
Abdomen
Suprailium
Thigh


  15.2
  17.3
  14.2
  16.0
  25.1
  16.2
  18.9

    8.0
    8.7
    6.1
    7.0
  10.8
    8.9
     7.7

   12.6
   13.0
   18.2
   14.2
   24.2
   14.0
   29.5

   4.8
   6.1
   5.9
   6.4
   9.6
   7.1
   8.0
HASIL SKINFOLD (mm)
Semua bagian (tujuh)
å3 (pria) Chest, abdomen, thigh
å3 (wanita) Trisep, suprailium, thigh

122.9
  59.2
 
  52.0
  24.5

125.6

   61.6

   42.0

   19.0

Model perkalian regresi digunakan dalam mengembangkan persamaan umum untuk pengukuran skinfold bagi pria (Jackson & Pollock, 1978) dan wanita (Jackson, dkk, 1980). Gambar 11 memberikan scattergram antara jumlah hasil pengukuran skinfold pada tujuh bagian tubuh dan jumlah cairan untuk mengukur kepadatan tubuh. Distribusi bivariate pria dan wanita adalah sama, kecuali distribusi untuk wanita “berubah” menurun. Untuk jumlah yang sama dari nilai pengukuran skinfold pada tujuh bagian tubuh, wanita cenderung untuk memiliki kepadatan tubuh yang rendah. Ini sesuai dengan tingginya persen lemak tubuh mereka dimana kesesuaian yang paling besar adalah pada tingginya tingkat esensi lemak. Tabel 5 memberikan persamaan umum untuk skinfold bagi jumlah hasil pengukuran ketujuh bagian tubuh pada pria dan wanita. Komponen kuadrat digunakan untuk menyelesaikan ketidaksamaan dan usia sebagai variabel bebas untuk penghitungan usia.

Gambar 11Hasil Skinfold

Gambar 11. Hubungan yang nonlinier antara hasil skinfold tujuh bagian pria dan wanita dan pengukuran kepadatan tubuh dengan metode dalam air. Pada level yang sama pengukuran lemak dengan skinfold, wanita memiliki kepadatan tubuh yang rendah. Ini sesuai dengan perbedaan esensi lemak yang diukur dengan metode dalam air, namun tidak dengan metode skinfold. Grafik dikembangkan dari data yang dipublikasikan (Jackson & Pollock 1978; Jackson, Pollock & Ward 1980).

Tabel 5. Persamaan Regresi Umum untuk Mempredikdi Kepadatan Tubuh Pria dan Wanita Berdasarkan  Hasil Skinfold Lemak dan Usia




SEE

Persamaan Regresi
R
g/cc
% lemak
Putra
BD = 1.11200000 - (0.00043499 x V1) + (0.00000055 x V1)² – (0.00028826 x V2
0.90
0.008
3.4
Putri
BD = 1.0970 - (0.0004697 x V1) + (0.00000562 x V1)² – (0.00012828 x V2)
0.85
0.008
3.8
Kunci: V1 = hasil skinfold tujuh bagian, V2 =  usia (tahun)

Persamaan yang menggunakan pernjumlahan tiga hasil pengukuran skinfold (å3) tinggi hubungannya (R = 0.97) dengan penjumlahan tujuh hasil pengukuran skinfold (Jackson & Pollock, 1978; Jackson, dkk, 1980). Hal ini terlihat bahwa penjumlahan tiga hasil pengukuran skinfold bisa digunakan tanpa hilangnya akurasi. Penjumlahan dari persamaan tiga hasil pengukuran skinfold telah menjadi standard. Untuk mempertinggi pengujian, perbedaan bagian tubuh diperlukan untuk pria dan wanita. Bagian tubuh wanita dan pria, dan persamaannya adalah sebagai berikut.
Wanita : å3 = trisep, suprailium, dan thigh
               (R = 0.84, SEE = 0.009)
BD (Body Density) = 1.099994921 – (0.0009929 X å3) + (0.0000023 X å3²)
– (0.0001392  X usia)

Pria : å3 = chest, abdomen, dan thigh
               (R = 0.91, SEE = 0.008)
BD (Body Density) = 1.1098 – (0.0008267 X å3) + (0.0000023 X å3²) –
                                       (0.0001392  X usia)

Contoh cara menghitung: penaksiran persen lemak tubuh berdasarkan penjumlahan pengukuran dengan skinfold. Mengambil hasil pengukuran berikut untuk pria dan wanita.
·         Seorang wanita; berusia 29 tahun, hasil skinfold; trisep = 18 mm, suprailium = 14 mm, thigh = 30 mm; å3 = 62 mm. Menggunakan rumus tersebut diatas untuk menaksir kepadatan tubuh dan persamaan Siri maka persen lemak tubuh wanita ini adalah 24,5 %.
·         Seorang pria; berusia 40 tahun, hasil skinfold; chest = 15 mm, abdomen = 26 mm, thigh = 20 mm; å3 = 61 mm. Menggunakan rumus tersebut diatas untuk menaksir kepadatan tubuh dan persamaan Siri maka persen lemak tubuh wanita ini adalah 19,4 %






Wanita

BD  = 1.099994921 – (0.0009929 X 62) + (0.0000023 X 3844) – (0.0001392 X 29)
<=>1.099994921 – 0.0615598 + 0.0088412 – 0.0040368
<=>1.043239521 atau 1.0432

% lemak = (495/1.0432) – 450
           <=> 474.50153374 – 450
           <=> 24.50153374
           <=> 24.5%
Pria

BD  = 1.1098 – (0.0008267 X 61) + (0.0000023 X 3721) – (0.0001392 X 40)

<=>1.1098 – 0.0504287 + 0.0059536 – 0.010296
<=>1.0546089 atau 1.0546

% lemak = (495/1.0546) – 450
           <=> 469.37227384 – 450
           <=> 19.37227385
           <=> 19.37%


Tabel 6 dan 7 memberikan penaksiran lemak tubuh dan penjumlahan pengukuran tiga bagian skinfold dan usia. Tes kebugaran YMCA untuk dewasa (Golding, dkk, 1989) memasukkan tabel yang tidak serupa untuk kombinasi yang berbeda pada pengukuran skinfold. Untuk menggunakan tabel ini, pertama pilih bagian tubuh yang tepat untuk diukur dengan skinfold dan ukurlah dengan menggunakan prosedur pengukuran yang direkomendasikan. Gunakan penjumlahan tiga bagian skonfold dan usia, carilah persentase yang dekat dengan usia subjek dan jumlah skinfold. Sebagai contoh, jika jumlah skinfold trisep, suprailium dan thigh  untuk wanita berusia 29 tahun adalah 62 milimeter, kategori usia terdekat adalah 30 tahun dan jumlah skinfold terdekat adalah 61 milimeter. Maka ditafsir persen lemak tubuhnya kira-kira 24,2%.  Persamaan umum ini akan sulit digunakan tanpa bantuan komputasional. Anda dapat memecahkannya dengan mudah saat menggunakan PC dan program komputer database relasional.
Perkalian korelasi dan standar eror dan pengukuran untuk persamaan umum baik dalam rentang, dilaporkan untuk persamaan populasi spesifik. Temuan ini menunjukkan bahwa persamaan umum bisa digunakan untuk menggantikan beberapa perbedaan persamaan populasi spesifik dan valid bagi orang dewasa yang berbeda dari segi usia dan lemak tubuh. Tapi tetap saja, perhatian harus ditingkatkan terhadap persamaan umum. Persamaan tersebut harus dikembangkan pada pria dan wanita dalam rentang usia 18-61 tahun dan menggunakan model dua komponene, dimana tidak dipertimbangkan cairan tubuh dan muatan mineral. Persamaan tidak harus diaplikasikan, dan mungkin hilang akurasinya dengan dewasa akhir (Lohman 1992). Catatan pentingnya adalah persamaan Jackson-Pollock diterbitkan lebih dari 20 tahun yang lalu, dan populasi orang Amerika dewasa menjadi berat. Hal ini mungkin bahwa persamaan tidak akan akurat dengan individu yang menderita obesitas luar biasa. Batas akhirnya adalah persamaan Jackson-Pollock dikembangkan utamanya pada kulit putih.

Sumber:

Pauweni, M. 2009. Mengevaluasi Komposisi Tubuh. Makalah Pendidikan Olahraga Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Semarang.

AKU, RUMAH BERANTAKAN, CENDOL, ISRAEL, PALESTINA (Bagian 2)

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga kalian semua selamat serta beroleh rahmat dan berkah d...