Jumat, 19 Agustus 2016

Hari mu adalah hari ini

Assalamu alaikum, dan salam sejahtera untuk kita semua..

Impian atau dream.
Semua kita memilikinya. Ada yang hanya sekedar memiliki, ada yang hanya sekedar menyimpan, namun ada beberapa orang di dunia yang benar-benar memiliki, menyimpan, menjaga dan merawatnya.

Usia saya tahun 32 tahun. Di usia ini, saya masih memiliki banyak mimpi yang ingin saya wujudkan. Sebagian besar telah terwujud, dan sebagian lagi masih berupa daftar. Kehidupan yang tak selalu mulus membuat saya terhenti sejenak untuk meraih impian-impian itu. Lalu setelah kesadaran saya pulih, saya sadar telah banyak waktu terbuang percuma.

Suatu ketika, saya bangun di pagi hari dan berdiri di balkon. Saya perhatikan, langit masih sama, udara pagi masih sama, lembut sinar mentari pagi masih sama, saya juga masih utuh. Saya tersenyum, tapi terasa ada yang lain pagi ini. Entah apa. Pandangan saya, saya lontarkan pada pohon mangga di kintal tetangga. Pohon itu telah tumbuh menjadi pohon yang kokoh, dan berbuah di musimnya, tidak pernah tidak, dan berbuahnya tak pernah pelit. Dalam hati, ada suara yang menggaung. "Pohon itu tak pernah kemana-mana, Mirda. Dahannya juga tak selalu utuh, kadang pada waktu tertentu selalu ditebang. Jika musim buah, buahnya juga sering dilempar anak-anak yang ingin mencicipinya. Selalu setiap musim buah, dahannya ditarik oleh tangan-tangan kecil yang tertawa riang, diantara salakan anjing dari dalam kintal. Pohon itu tak mengeluh, Mirda. Jika pohon itu mengeluh, maka ia akan layu. Pohon juga punya perasaan. Tak tahukah kamu?"


Terasa mengalir sesuatu di dalam hati, cukup hangat dan bisa membuat rasa yang disebut motivasi turut mengalir pelan. Teringat sebuah buku yang ada di rak buku mungil nan ramping. Laa Tahzan (Jangan Bersedih). Saya mencoba lagi untuk meniti rangkaian kata yang ada didalamnya. Jika tidak salah, kurang lebih begini kalimatnya, "YANG LALU BIARLAH BERLALU, APAKAH ENGKAU INGIN MENGEMBALIKAN BAYI KEDALAM KANDUNGAN IBUNYA? Sungguh sangat bodoh jika harus terus meratapi hal yang telah lalu dan tidak akan kembali. HARI MU ADALAH HARI INI. Jika ingin berbuat, maka hari ini adalah saatnya, bukan kemarin, apalagi besok yang tidak jelas datangnya."

Sejak saat itu, lalu mengalir nasehat yang tak henti-hentinya. Lebih banyak nasehat itu saya temui dari buku-buku yang saya baca. "Ya Allah, berikanlah rahmat dan kemakmuran kepada penulis-penulis buku yang telah mengena kalimatnya di dalam hati ini. Lindungilah mereka, sayangilah mereka." Dan lalu, saya mulai melaksanakan beberapa nasehat, terutama nasehat dari buku CREATIVE MUSLIM yang di tulis oleh FAHMY CASOVA (Semoga tidak salah saya menulis nama beliau). "MINTALAH PENDAPAT DARI KELUARGA, dan DARI REKAN KERJA, agar dapat diketahui bagian mana saja dari kita yang dapat kita kembangkan."

Teman-teman yang sempat membaca tulisan ini. Saya belum berada di puncak manapun, saya juga masih merangkak. Tapi tak ada salahnya merangkak untuk mencapai impian kita. terus perbaiki kualitas diri, Insya Allah, selalu ada jalan (Seperti yang didendangkan dalam lagu itu).

Hari saya adalah hari ini. Hari mu juga adalah hari ini. Teman-teman, mari kita wujudkan mimpi, HARI INI. Sambil berdoa; "Ya Allah, hindarkanlah kami dari ketidakberdayaan dan kemalasan. Amin Ya Rabbal'alamin."

Demikian tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat. Wassalamu alaikum dan Salam Sejahtera....

Selasa, 16 Agustus 2016

Bagian akhir dari buku Cacian dari dan untuk Anak Bangsa (Instrumen Sertifikasi Dosen-DESKRIPSI DIRI)



Warning: Poin-poin deskripsi diri ini hanya sebagian yang “Ngelantur”, hindarilah kalimat atau kata yang tidak “Ngelantur”, karena membosankan.

INSTRUMEN SERTIFIKASI DOSEN
Deskripsi Diri

Identitas Diri
1. Nama Dosen yang diusulkan
:  MIRDAYANI PAUWENI
2. NIDN
:  0003058402 
3. Perguruan Tinggi Pengusul
:  Universitas Negeri Gorontalo
4. Nomor Peserta
:  0003058402
5. Bidang Ilmu
:  Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (761)


A. PENGEMBANGAN KUALITAS PEMBELAJARAN
~  USAHA KREATIF
Mahasiswa di jurusan pendidikan keolahragaan tempat saya mengabdi, dalam satu angkatan terdiri dari beberapa kelas paralel. Karakter mahasiswa pada masing-masing kelas akan berbeda, misalnya semester 6 kelas a, b, c, d. Secara klasikal, karakter mereka akan terbentuk sesuai dengan perkembangan pola pikir dan cara mereka memecahkan masalah. Usaha kreatif saya adalah mempelajari karakter dari masing-masing kelas tersebut, sehingga saya dapat dengan mudah memilih metode yang tepat untuk proses perkuliahan untuk mata kuliah yang saya ampu.
Selain mempelajari karakter mahasiswa secara klasikal, saya juga mempertimbangkan jadwal mata kuliah masing-masing kelas, sebelum dan sesudah perkuliahan yang saya laksanakan. Hal ini juga termasuk usaha kreatif saya,misalnya: sebelum mata kuliah ilmu kesehatan olahraga yang saya ampu, mahasiswa telah lebih dulu mengikuti perkuliahan pada mata kuliah Teori/Praktek Bulutangkis. Tentunya kondisi proses perkuliahan pada kelas ini akan berbeda, dengan kondisi dari proses perkuliahan yang lebih dulu mengikuti perkuliahan pada mata kuliah statistika. Saya berusaha mempertimbangkan tingkat kelelahan fisik terkait dengan penggunaan (oksidasi) energi mahasiswa karena daya tahan tubuh mahasiswa bervariasi terhadap kelelahan, juga tingkat kejenuhan dari mahasiswa, karena tingkat kejenuhan berasal dari sistem saraf pusat (Otak). Usaha kreatif ini merupakan hasil pertimbangan yang berlandaskan pada basic pengetahuan saya yakni fisiologi manusia, dan fisiologi olahraga.
~  DAMPAK PERUBAHAN
Dampak perubahan atas usaha kreatif saya yang telah saya paparkan sebelumnya, dapat terlihat, yakni melalui respon aktif dan positif mahasiswa. Jika pada semester-semester sebelumnya respon mahasiswa selalu pasif dan negatif selama proses perkuliahan, hal ini dikarenakan saya selalu membandingkan karakter antara kelas yang satu dengan kelas yang lain, dan selalu menceritakan tentang kelebihan dan kekurangan kelas yang satu pada kelas lainnya, sehingga mahasiswa pada masing-masing kelas merasa saya pilih kasih, atau terlalu melebih-lebihkan kondisi kelas lain daripada kelas mereka sendiri. Hal ini tentu mengurangi semangat serta respon mahasiswa selama proses perkuliahan.
Selanjutnya untuk usaha kreatif saya berikutnya, yakni mempertimbangkan jadwal mata kuliah masing-masing kelas, sebelum dan sesudah perkuliahan yang saya laksanakan. Dampak perubahannya Nampak pada berkurangnya tingkat keluhan dari mahasiswa entah itu rasa capek, jenuh, atau bentuk keluhan lainnya yang sering mereka lontarkan, serta jumlah mahasiswa yang mengeluh, dari jumlah total mahasiswa, jumlah mahasiswa mengeluh setiap minggu berkurang dan saya bisa merasakan respon positif selama proses perkuliahan.
~  KEDISIPLINAN
Untuk bentuk kedisiplinan yang saya tunjukkan dalam pelaksanaan pembelajaran, saya mulai dari 3 (tiga) hal sederhana, yakni: 1) waktu, 2) pakaian, 3) telepon seluler.
Terkait persoalan waktu untuk proses perkuliahan, saya mematok waktu toleransi untuk keterlambatan adalah 5 (lima) menit dari waktu yang dijadwalkan. Misalnya kuliah dimulai pukul 07.00 WITA, maka mahasiswa masih memiliki hak untuk masuk hingga pukul 07.05 WITA, jika waktu telah menunjukkan Pukul 07.06 WITA, maka mereka akan kehilangan 1 kali tatap muka.
Terkait persoalan pakaian, karena saya mengabdikan diri pada jurusan pendidikan keolahragaan, maka saya menghadapi mahasiswa yang agak “bandel” untuk urusan pakaian dalam proses perkuliahan. Jadi diawal pertemuan, saya membuat suatu “Deal-Deal”an dengan mahasiswa tentang tata tertib berpakaian. Mahasiswa wajib mengenakan atasan kemeja, celana bisa berbahan dasar jeans atau kain, dengan catatan jika bahan dasar jeans yang digunakan, maka celana tersebut harus bersih dan bukan celana bekas “kecelakaan jatuh dari gunung” (robek di bagian lutut). Kemudian mahasiswa wajib mengenakan kaos kaki yang dicuci minimal 3 hari atau seminggu, dan mengenakan sepatu. Untuk sepatu saya agak sedikit menekan, SEPATU, jika SEPATU SANDAL yang digunakan, maka judulnya tetap terkontaminasi sandal. Mahasiswa yang melanggar tata tertib ini akan dikenakan sanksi dikeluarkan dan pada pertemuan berikutnya harus membawa SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND yang banyaknya disesuaikan dengan beratnya pelanggaran terhadap tata tertib. SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND itu bukan untuk saya, tapi untuk Rinforcement positif bagi mahasiswa yang baik partisipasinya didalam kelas. Sistem Dari Mahasiswa, Untuk mahasiswa, dan Digunakan seperlu-perlunya untuk kepentingan proses perkuliahan.
Terkait dengan persoalan telepon seluler, saya tidak melarang mahasiswa membawa alat komunikasi ini dalam proses perkuliahan, karena terkadang saya meminta mereka untuk browsing internet melalui smart phone mereka. Namun saya memiliki aturan sendiri, yakni alat komunikasi berupa handphone harus di profil silent atau getar, dan sebelum memulai perkuliahan, saya selalu memberikan kesempatan mereka selama 1 menit untuk merubah profil suara yang mereka gunakan. Jika ditengah perkuliahan berlangsung da nada bunyi handphone, saya akan meminta mereka jujur, suara itu berasal dari handphone siapa. Sedikit mengancam saya terkait dengan sanksi, jika ia jujur akan ringan sanksinya, jika ia tidak jujur dan saya mendapatinya, maka ia akan berat sanksinya. Adapun sanksi yang saya berikan jika mahasiswa jujur adalah membawa 1 batang SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND, namun jika saya dapati karena tidak jujur, maka ia akan membawa 5 batang SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND.
Untuk saya sendiri, saya selalu mengatur profil suara handphone saya ke getar, pada saat saya melaksanakan perkuliahan.
~  KETELADANAN
Contoh keteladanan yang saya tunjukkan dalam proses perkuliahan tidak banyak. Jika dapat diuraikan, maka hal yang paling utama adalah problem solving terhadap setiap masalah yang dihadapi dalam proses perkuliahan, Antara lain: 1) masalah fasilitas perkuliahan, ruang kuliah yang kurang memadai menurut mereka (mahasiswa), 2) media pembelajaran seperti LCD, yang terbatas menurut mereka, dan berikutnya 3) adalah keterbukaan terhadap kritik.
Untuk 2 (dua) point teratas, saya memberi teladan pada mereka untuk lebih berorientasi pada problem solving, dari pada terus-menerus mengeluh tiada akhir.
Untuk persoalan pertama, masalah fasilitas perkuliahan, seperti ruang kuliah yang kurang memadai, saya mengajak mereka untuk membuat ruang kuliah itu menjadi memadai dalam keterbatasan, dengan cara merapikan line (garis) tempat duduk mahasiswa, dari depan hingga belakang, dari samping kiri ke kanan, saya selalu berusaha mengecek kerapian line ini sebelum perkuliahan dilaksanakan. Selain itu, karena tempat duduk tidak memiliki tempat untuk tas mahasiswa, maka saya meminta mahasiswa menggantung tas mereka di bangku mereka masing-masing tepatnya di bagian sandaran bangku. Saya tidak berhenti mengingatkan mereka, bahwa kebahagiaan itu tidak datang dari kemewahan, tapi datang dari rasa cukup atas apa yang ada dan kesediaan kita menerima kekurangan (ikhlas).
Untuk persoalan kedua, media pembelajaran. Saya menjadi salah satu dosen yang jarang menggunakan LCD, dan bahkan pada semester ini saya belum sekalipun menggunakan LCD. Alasannya karena beberapa ruangan tempat saya mengajar, listriknya tidak bisa digunakan, dan keterbatasan jumlah LCD. Saya mengajak mereka untuk “Show must be go on”, tidak ada LCD, perkuliahan harus tetap berjalan, selama masih ada saya (dosen) dan mereka (mahasiswa), selain itu masih tersisa spidol whiteboardmarker dan papan tulis yang sudah lebih dari cukup untuk melaksanakan perkuliahan. Teladan ini adalah bekal bagi mahasiwa saya. Saya ingin mereka berhenti mengeluh jika nanti melaksanakan proses pembelajaran PENJASORKES di sekolah-sekolah, kemudian menemui keterbatasan sarana prasarana di sekolah tempat mereka mengabdi.
Untuk persoalan keterbukaan terhadap kritik, saya akan jelaskan pada butir berikutnya.
~  KETERBUKAAN TERHADAP KRITIK
Mahasiswa saya memiliki karakter yang berbeda Antara satu dengan yang lain, baik secara individu ataupun secara klasikal. Ada mahasiswa yang dapat atau berani mengkritik saya secara mandiri, namun ada juga mahasiswa yang berani mengkritik saya, namun setelah kelas mereka bermusyawarah dan menyatukan pendapat serta membulatkan tekad. Saya kurang paham, entah kenapa mahasiswa sulit mengkritik saya, sementara mereka bisa mengkritik orang lain, atau mereka bisa mengkritik saya tapi takut saya marah, saya keluarkan dari kelas, atau saya kurangi bobot nilainya karena saya tersinggung pada kritikannya.
Pada butir KEDISIPLINAN saya sempat menyebutkan, jika ada mahasiswa yang melanggar tata tertib, harus membawa SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND di pertemuan berikutnya. Terkadang SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND tidak habis terbagi pada mahasiswa yang baik partisipasinya dalam proses perkuliahan. Untuk itu, saya memberi PUNISHMENT dengan  SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND bagi siapa saja yang berani mengkritik saya baik dalam pemilihan metode atau gaya mengajar saya, dengan catatan “No Hurt Feeling” dan saya bisa jamin itu selama proses perkuliahan berlangsung.
Bahkan saya juga menjamin dengan “manajemen” amarah saya pada mereka, dengan cara: jika mahasiswa terlibat masalah dalam proses perkuliahan, maka saya akan meninggalkan masalah saya dengannya di dalam kelas, dalam mata kuliah tersebut, serta pada hari, jam dan menit dimana saya marah. Ketika menit beranjak, maka amarah itu menguap seperti embun yang kena sinar matahari. Sebaliknya, jika mereka terlibat masalah di luar kelas/proses perkuliahan, entah masalah itu ringan atau berat, maka saya akan meninggalkan dan menanggalkan masalah tersebut, begitu saya melangkahkan kaki  masuk ke dalam ruangan untuk melaksanakan proses perkuliahan.
Dengan cara ini, saya memiliki temuan-temuan tentang kekurangan saya selama proses perkuliahan, Antara  lain: saya selalu mencampur-adukkan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Daerah ketika saya mengajar, sementara 99% mahasiswa saya tidak  paham Bahasa inggris, dan 60% mahasiswa saya berasal dari luar daerah. Kemudian, cara saya memberikan sanksi atau punishment terlalu ekstrim dengan membawa SILVERQUEEN CHUNKY BAR, kacang ALMOND pula, sudah dapat sanksi dikeluarkan tapi masih disuruh membawa SILVERQUEEN CHUNKY BAR.
Saya menerima kritik, tapi diiringi  penjelasan, kenapa harus seperti itu. Untuk persoalan Bahasa, alasan saya, agar mahasiswa termotivasi untuk belajar Bahasa inggris walaupun hanya percakapan sehari-hari, dan untuk Bahasa daerah, agar mahasiswa yang berasal dari luar daerah termotivasi mempelajari Bahasa daerah saya, tujuannya agar tidak mudah dibohongi atau dikerjai oleh teman-temannya yang merupakan asli anak daerah.
Terkait dengan SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND, saya jujur pada mereka, jika saya ingin membuat mereka terkesan dengan apa yang mereka lakukan dalam proses perkuliahan, tapi saya kurang sanggup setiap perkuliahan membawa 7 hingga 10 batang SILVERQUEEN CHUNKY BAR ALMOND, untuk itu saya membebankan pada teman-teman yang melanggar tata tertib, memang terkesan curang, tapi masih ada tujuan lain yang saya targetkan, yakni: agar mahasiswa berusaha untuk tidak melanggar tata tertib perkuliahan.
Masih ada kritik lainnya yang disampaikan mahasiswa pada saya, sesuai butir kedisiplinan saya, tentang: mahasiswa masih memiliki hak untuk masuk hingga pukul 07.05 WITA, jika waktu telah menunjukkan Pukul 07.06 WITA, maka mereka akan kehilangan 1 kali tatap muka. Persoalan yang mereka kemukakan adalah terkadang saya terlambat untuk melaksanakan perkuliahan, dimana keadilan saya pada mereka dan pada diri saya, karena saya yang membuat aturan tata tertibnya. Sebagai solusinya saya menggunakan Pukul 07.00 WIS (Waktu Indonesia bagian Saya), jadi begitu saya masuk kelas, toleransi 5 (lima) menit berlaku), masalah yang satu selesai namun datang masalah lain. Jika saya terlambat, berarti saya tidak memenuhi alokasi waktu untuk beban SKS mata kuliah yang saya ampu. Untuk itu, saya kadang membujuk mahasiswa agar mau untuk mengganti waktu pertemuan di hari saya terlambat, di waktu luang mereka pada sore atau malam hari. Mahasiswa, mereka cukup  kritis, saya salah, saya menebus kesalahan saya, tapi waktu luang mahasiswa jadi berkurang. Bagi mahasiswa olahraga, waktu luang adalah waktu untuk kegiatan harian seperti latihan cabang olahraga yang ditekuni. Ini berarti kesalahan saya jadi 3 (tiga) kali lipat: 1) terlambat memberi perkuliahan, 2) tidak memenuhi alokasi waktu sesuai beban SKS, dan 3) mengganggu aktivitas mahasiswa di waktu luang. Untuk kesalahan point 3) saya diwajibkan untuk menebusnya. Ketika kuliah malam disetujui bersama, itu tandanya saya harus membawa sejumlah “BENG-BENG” untuk dimakan bersama. Tapi jika isi kantong bermasalah, maka hanya mahasiswa yang beruntung yang akan mendapat beng-beng dari saya.



B. PENGEMBANGAN KEILMUAN/KEAHLIAN
~  PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Pada tahun 2010, saya melalui Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan telah mengeluarkan buku Permainan Basket Taki, Sebuah Produk Model Pengembangan Untuk Siswa SD Kelas ATAS (IV, V, VI), dengan ISBN: 979 - 16175 - 2 - 5.
Pada tahun 2012, saya melalui Jurusan Pendidikan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo telah menerbitkan buku ajar Ilmu Gizi Olahraga, dengan ISBN: 979 - 16175 - 0 – 73.
Pada tahun 2012, saya melalui seminar internasional 2012 “Educating Sport Professionals: Conserving Local Wisdom and Progressing Future” yang diselenggarakan oleh FIK UNNES bekerja sama dengan Asdep IPTEK Kemenpora RI. Saya mempresentasikan artikel ilmiah saya, yakni Developing Models “Taki” Basket Ball
Pada tahun 2012, saya berperan sebagai editor pada penulisan buku Pencak Silat, Panduan Pembelajaran Untuk SD Kelas IV, V, VI, dengan ISBN: 979 – 16175 – 06 – 9, yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.
Pada tahun 2014, saya menulis artikel: Pengembangan Permainan Bola Kivol Sebagai Bentuk Olahraga Rekreasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. pada Jurnal Health & Sport, Volume 8, No.2, Februari 2014.
~  MAKNA DAN KEGUNAAN
Permainan Basket Taki merupakan produk hasil penelitian pengembangan yang dikembangkan dengan tujuan untuk membantu guru dalam meningkatkan proses pembelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, serta sebagai media pembelajaran Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Permainan basket taki ini jika dilihat sepintas mirip permainan bola basket mini, tetapi jika dikaji lebih dalam, maka akan terlihat perbedaannya. Karena permainan basket taki memiliki keunikan tersendiri, karena peraturan basket taki bersifat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi proses pembelajaran, baik itu guru atau siswa yang menggunakan permainan tersebut dalam proses pembelajaran.
Buku ajar Ilmu Gizi Olahraga adalah bahan ajar yang saya kemas dengan bentuk yang rapi dan perpaduan materi dari berbagai sumber. Buku ilmu gizi olahraga memiliki kegunaan, yakni selain sebagai bahan acuan dalam mata kuliah Ilmu Gizi Olahraga, buku ini juga dapat digunakan sebagai bahan bacaan bagi pembaca di luar lingkungan Jurusan Pendidikan Keolahragaan.
Artikel ilmiah tentang pengembangan model permainan basket taki, saya bawa pada pertemuan ilmiah tingkat internasional di semarang pada tahun 2012. Saya sebelumnya berpikir bahwa basket taki ini akan tidak dikenal orang lagi seiring waktu berjalan. Namun pada pertemuan ilmiah tingkat internasional di Semarang, saya menemukan bahwa beberapa peserta seminar internasional memiliki pertanyaan khusus buat saya, yakni: “Kenapa mau bersusah-susah untuk membuat ulang permainan baru, dengan ukuran yang demikian, dan dengan peraturan permainan yang bersifat fleksibel? Bukankah menggunakan permainan yang ada standard ukurannya akan membuat kita lebih mudah? Kalau begini, saya (penanya) harus mencari anda (saya) untuk bertanya soal basket taki.”
Saat itu saya menyampaikan jawaban untuk pertanyaan pertama dengan balik bertanya: “Manakah yang anda (penanya) pilih, jika saya memberikan 2 (dua) alternative jalan yang anda akan tempuh dengan berjalan kaki ke kampus tempat anda mengajar: 1) jalan yang rata, mulus karena diaspal, dan 2) jalan memutar, mendaki, dan tidak diaspal?” Mudah diterka jika semua orang diruangan tersebut akan memilih no 1. Karena orang akan cenderung memilih sesuatu yang mudah, dan menghindari yang sulit. Jalan yang rata, mulus karena diaspal akan memberikan kemudahan bagi pejalan kaki, sedangkan jalan memutar, mendaki, dan tidak diaspal itu menyulitkan. Tapi saya ketika mengembangkan permainan basket taki, tidak mengejar kemudahan, yang saya kejar adalah nilai dibalik suatu kesulitan. Orang banyak lupa, dampaknya bagi kesehatan, jika menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, pada rute/jalan yang memutar (jauh), mendaki, dan tidak diaspal. Orang mengejar kemudahan dan meninggalkan nilai yang seharusnya jadi tujuan utama.
Untuk pertanyaan terakhir, saya menjawabnya dengan memberikan buku panduan permainan basket taki sebagai jawaban kepada si-empunya pertanyaan.
Buku Pencak Silat, Panduan Pembelajaran Untuk SD Kelas IV, V, VI, yang saya berperan sebagai editor dalam penulisannya merupakan produk penelitian pengembangan dari salah seorang mahasiswa S-1 Pendidikan Keolahragaan Prodi Penjaskesrek bimbingan saya. Buku ini telah melalui proses revisi sebanyak 2 (dua) kali, dengan kegunaan buku ini dapat membantu siswa dan guru sekolah dasar dalam mata pelajaran Penjasorkes, khususnya materi Pencak silat.
Pengembangan Permainan Bola Kivol Sebagai Bentuk Olahraga Rekreasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal Helath & Sport ini merupakan artikel dari penelitian pengembangan permainan bola kivol. Permainan Bola Kivol merupakan permainan modifikasi penggabungan antara permainan Sepak bola (bola kaki) dan Bola voli, yang dapat dimanfaatkan sebagai bentuk olahraga rekreasi bagi mahasiswa.
~  NILAI INOVATIF
Permainan basket taki ini memiliki nilai inovatif, karena ide ini saya dapatkan ketika saya makan dan minum teh. Pada saat saya makan saya cenderung memperhatikan sendok yang saya gunakan, sendok yang saya gunakan untuk menyalin nasi ke piring itu lebih besar dari sendok makan, dan sendok teh lebih kecil dari sendok makan. Saya berpikir kenapa tidak konsep sendok saya bawa dalam proses pembelajaran Penjasorkes, khususnya permainan bola basket. Karena tinggi pemain basket dunia rata-rata 1,98 meter, maka mereka cocok menggunakan papan pantul yang memiliki tinggi 2,90 meter. Tapi, jika papan pantul itu digunakan untuk anak SD kelas atas (IV, V, VI) yang memiliki rata-rata tinggi 1,36 meter (sesuai data pengukuran tinggi badan subjek penelitian), tentu akan menyulitkan bagi siswa dalam proses pembelajaran gerak. Untuk itu saya memutuskan untuk mengangkat permasalahan ini dalam alur penelitian pengembangan dan menghasilkan produk berupa permainan basket taki.
Tujuan permainan basket taki sama dengan permainan basket pada umumnya yakni memasukkan bola ke dalam keranjang. Namun dengan peraturan permainan yang lebih fleksibel, sehingga siswa dapat menjadi wasit dan memimpin jalannya permainan dalam proses pembelajaran, guna tercapainya nilai: disiplin, kerja sama, dan toleransi.
Nilai inovatif dari buku ajar ilmu gizi olahraga, saya mengemas buku ini secara singkat namun padat isi agar mahasiswa yang mempelajari ilmu gizi olahraga mudah memahami tentang gizi olahraga. Materi dalam buku ajar ini terdiri dari 6 (enam) bab, 3 (tiga) bab terdiri dari materi yang menguraikan tentang apa yang mahasiswa perlukan untuk memahami gizi olahraga, materi tersebut terdiri dari: ilmu gizi olahraga (pengertian ilmu gizi olahraga, dan anatomi dan fisiologi pencernaan), zat-zat gizi (bahan makanan dan zat gizi, jenis-jenis zat gizi dan latihan), metabolism (pengertian metabolism, system pembentukan energi anaerobic, laju metabolisme, metabolism basal, dan pengukuran metabolisme basal), sedangkan 3 (tiga) bab terdiri dari materi yang dapat melatih mahasiswa untuk melakukan pengukuran, analisis, dan pemeliharaan dan/atau perbaikan gizi, materi tersebut terdiri dari: komposisi, kebutuhan dan pengaturan pemberian zat gizi (komposisi zat gizi, dan kebutuhan dan pengaturan pemberian zat gizi), pemantauan status gizi atlet (pengertian status gizi, pemantauan status gizi, kesalahan dalam pengukuran, dan  mengatasi kesalahan dalam  pengukuran), pengendalian berat badan melalui nutrisi dan latihan yang tepat (pengaturan berat badan, peranan diet dalam pengaturan berat badan, peranan latihan dalam pengendalian berat badan).
Buku Pencak Silat yang merupakan Panduan Pembelajaran Untuk SD Kelas IV, V, VI ini memiliki nilai inovatif. Adapun nilai inovatif dari panduan ini, yakni: guru penjas dapat menguasai gerak dasar pencak silat tanpa ada ahli pencak silat yang mendamping, selain itu siswa juga dapat menggunakan buku ini dan belajar sendiri untuk menguasai teknik dasar pencak silat, sehingga guru dapat memberikan tugas gerak bagi siswa dan tugas gerak itu dapat dikoreksi pada pertemuan selanjutnya.
Pengembangan Permainan Bola Kivol Sebagai Bentuk Olahraga Rekreasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo, ini adalah menghasilkan suatu produk modifikasi permainan bola kivol. Nilai inovasi dari permainan ini adalah merupakan modifikasi penggabungan antara permainan Sepak bola (bola kaki) dan Bola voli. Para pemain dapat terdiri dari putra, putri dan/atau gabungan antara putra dan putri. Tujuan dari permainan Bola Kivol adalah menempatkan bola di daerah lawan agar mendapat angka (Poin). Tim yang lebih dulu mendapai angka 20 adalah tim yang memenangkan set. Pola permainan Bola Kivol serupa dengan permainan Bola voli yakni memantulkan bola (volley) di udara hilir mudik di atas net (jaring), namun teknik dasarnya mengadopsi teknik dasar permainan sepak bola, khususnya menendang atau menyepak. Permainan Bola Kivol dapat dimainkan oleh remaja dan dewasa baik putra maupun putri, Oleh sebab itu permainan ini dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan dan melatih kemampuan motorik (gerak), dan dapat menjadi olahraga pilihan dalam mengisi waktu luang.
~  KONSISTENSI
Konsistensi saya dalam pengembangan keilmuan/keahlian ditandai dengan ketetapan saya terhadap mata kuliah yang saya ampu selalu sama disetiap tahun ajaran, jika harus ditambah jenis mata kuliahnya karena keterbatasan dosen pengajar, maka saya akan secara selektif memilih mata kuliah yang memiliki kaitan dengan mata kuliah pokok saya, sebagai contoh saya mengampu mata kuliah anatomi manusia pada awalnya, kemudian mata kuliah fisiologi manusia yang berkesinambungan dengan mata kuliah fisiologi olahraga, ilmu kesehatan olahraga, serta ilmu gizi olahraga. Jika mengikuti pemetaan ilmu pengetahuan, maka kelima mata kuliah ini merupakan turunan dari cabang ilmu biologi namun dalam struktur pengetahuan ilmu keolahragaan, mata kuliah ini berdiri sendiri, kecuali anatomi dan fisiologi manusia, yang tergabung dalam fisiologi olahraga, sedangkan ilmu gizi olahraga konten materinya terdapat dalam ilmu kesehatan olahraga. Kemudian saya juga mengampu mata kuliah biomekanika dan kinesiology yang merupakan kesinambungan dari mata kuliah anatomi dan fisiologi manusia. Sudah 2 (dua) tahun ajaran sejak tahun 2012-2013, saya tidak mengampu mata kuliah anatomi, karena telah banyak dosen pengampu lainnya yang berkompetensi dalam mata kuliah ini, namun untuk mata kuliah Fisiologi manusia, Fisiologi Olahraga, Ilmu Kesehatan Olahraga, Ilmu Gizi Olahraga, dan Biomekanika olahraga masih terus saya ampu hingga saat ini.
~  TARGET KERJA
Saya memiliki target kerja untuk 3 (tiga) tahun ke depan. Pada awalnya tahun 2013 ini saya berniat untuk melanjutkan studi S3 di Universitas Negeri Semarang, namun niat tersebut gagal karena saya ingin menargetkan tempat studi yang lebih besar lagi, yakni di Jepang. Di Jepang perkembangan keilmuan olahraga sangat pesat, di samping prestasi olahraganya. Berdasarkan informasi yang saya dapat, beberapa universitas yang memiliki program studi keolahragaannya lebih menitik-beratkan pada pembelajaran di luar kelas. Misalnya untuk biomekanika olahraga beban SKS-nya 8 (delapan), itu terdiri dari 2 (dua) SKS proses pembelajarannya teori, sedangkan 6 (enam) SKS proses pembelajarannya di laboratorium, guna mengkaji dan menganalisis gerak dalam setiap cabang olahraga. Selain itu saya baru saja mendalami bela diri Kempo yang berasal dari Jepang. Jika bagi orang dari luar dunia olahraga, bela diri ini hanya bela diri yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan bela diri yang lain, tapi bagi saya, proses perkembangan bela diri kempo ini menggunakan asas biomekanika olahraga, sesuai dengan keilmuan yang saya pelajari. Saya menemukan pembuktian teori gerak yang selama ini saya pelajari di biomekanika olahraga ada di bela diri ini. Namun demikian, itu target kerja untuk diri saya sendiri. Selama ini saya selalu memikirkan diri sendiri, dan saya tidak memikirkan lingkungan tempat saya dibesarkan yakni: Jurusan Pendidikan Keolahragaan. Belakangan ini saya memperhatikan tingkah pola mahasiswa dalam proses perkuliahan, mempelajari karakter mereka dan mencoba meracik metode untuk perkuliahan. Saya mendapati, mahasiswa-mahasiswa saya tidak memiliki tujuan untuk dirinya sendiri, atau yang bisa disebut Rencana Strategi dan Rencana Kinerja. Mereka kuliah hanya untuk meramaikan, untuk mencari kesuksesan dan membanggakan orang tua, tapi mereka tidak tahu proses apa yang sedang mereka jalani.
Untuk itu, target kerja saya berubah. Selama ini saya memikirkan diri saya sendiri, sekarang adalah waktunya saya memikirkan orang-orang di sekitar saya, dimulai dari mahasiswa. Saya pernah membaca buku “Guru Gokil Murid Unyu” yang ditulis oleh seorang guru dari Jogjakarta. Dalam buku itu menguraikan bagaimana pola pendidikan di Australia yang nenek moyang mereka adalah tahanan pelarian dari eropa, namun tingkat kejahatan di Australia itu lebih rendah dibandingkan Negara-negara besar lainnya. Ternyata di Negara tersebut, pola pendidikannya lebih mempertajam soal perilaku (Afektif), kemudian pengalaman (Psikomotor), baru yang dipikirkan soal pengetahuan (Kognitif). Berdasarkan hasil penelitian yang dijadikan sebagai landasan pengambilan keputusan tentang pendidikan di Negara tersebut, ternyata jika seseorang diberikan waktu secara intens untuk mempelajari suatu materi selama 3 (tiga) hari, maka ia akan cepat menguasai materi tersebut. Seperti misalnya membaca, jika guru secara intens membelajarkan siswa selama 3 (tiga) hari untuk membaca, maka siswa tersebut dapat membaca dalam waktu 3 (tiga) hari. Namun, dalam 3 (hari) itu, guru tidak dapat menanamkan kebiasaan perilaku seperti bekerja sama, disiplin, atau toleransi, Sehingga kurikulum di Australia lebih menitik-beratkan pada tujuan afektif, psikomotor, dari pada kognitif.
Inilah alasan saya merubah target kerja saya. Saya ingin mulai dari pembiasaan sederhana pada mahasiswa. BERHENTI MENGELUH!!! Saya menyampaikan selama ini kita banyak mengeluh soal sarana prasarana, fasilitas, kita selalu kekurangan. Setiap semester kita kekurangan, setiap tahun, setiap perkuliahan kita selalu kekurangan. Jika kita merasa kita kurang, lalu kapan kita lebih??? Saya juga terus mengajak dan membangun semangat mereka, karena mereka sering membandingkan infra struktur kampus dengan kampus-kampus ternama di pulau Jawa. Saya kadang sering “Menggombali” mereka dengan kalimat “Saya tidak bangga, jika anda lulus dari kampus yang bagus infra strukturnya, tapi NOL BESAR kualitasnya. Namun saya akan sangat bangga, jika kalian yang kuliah di kampus yang rusak plafon atapnya, bolong papan tulisnya, LCD-nya rebutan, listrik di stop kontak tidak ada, tapi kalian memiliki kualitas yang melebihi kampus-kampus besar di Jawa. Setidaknya seperti kualitas yang saya miliki.” Suara saya agak lantang, membangkitkan semangat, memang membawa perubahan yang cukup signifikan pada mahasiswa saya, tapi butuh waktu untuk membiasakan. Setidaknya mereka berpikir untuk memperbaiki kualitas proses belajar mereka, dan mereka berhenti melakukan segalanya untuk orang lain, baik itu untuk orang tua, dosen, atau siapapun, tapi untuk diri sendiri. Mereka, mahasiswa saya, cenderung mengejar hasil, padahal yang harus mereka perbaiki adalah PROSES BELAJAR mereka, karena HASIL hanya akan mengikuti PROSES-nya. 
Saya, lulusan terbaik dari Unversitas Negeri Semarang Pada Tahun 2010, dengan IPK 3,86. Cukup membanggakan keluarga, tapi jika menyebutnya seperti ini, saya seperti dikejar oleh ribuan massa yang menuntut perbaikan terhadap karakter anak bangsa, pengembangan keilmuan yang hingga saat ini tetap “ISTIQOMAH” berjalan di tempat. Banyak yang ingin saya lakukan, saya menulisnya, dan salah satunya adalah: mengembalikan “SEMANGAT” mahasiswa, saya dan guru penjas untuk MEMPERBAIKI PROSES PEMBELAJARAN. Semangat yang saya maksudkan adalah semangat CINTA MEMBERI TANPA MENGAMBIL. Semangat seorang mahasiswa, yang melakukan tridharma perguruan tinggi: Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian masyarakat, dengan cara memberi tanpa mengambil. Mereka ikut kuliah, melakukan penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, itu dengan cara memberi apapun yang yang mereka punya, baik tenaga, pikiran dan waktu, tapi tidak mengharapkan apa-apa setelahnya, termasuk prestasi. Demikian juga saya, saya harus bisa mengampu mata kuliah saya dengan baik. Selama ini saya hanya membuat scenario perkuliahan tanpa membuat Satuan Acara Perkuliahan apalagi Silabus atau Kontrak Perkuliahan (Pengakuan Bunuh Diri). Saya tahu itu kewajiban, tapi saya masih belum bisa menemukan “Makna” dari SILABUS, KONTRAK PERKULIAHAN, dan SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Saya tidak mau mengerjakan sesuatu yang sia-sia apalagi hanya untuk mengejar “sesuatu hal”. Namun belakangan ini saya merasa bersalah pada mahasiswa, pada teman sejawat, pada pimpinan, pada institusi, pada Negara, karena sudah menjalankan proses perkuliahan dengan “SEMAU GUE”, yang penting sudah mengajar, yang penting alokasi waktu sesuai dengan beban SKS, yang penting daftar perkuliahan terisi dengan sederet materi untuk perkuliahan. Tidak heran, saya melahirkan perserta didik yan “SEMAU GUE”. Kemudian untuk penelitian, terkadang saya tertegun memandangi hasil penelitian saya, yang banyak dikagumi orang, tapi, saya kendati jijik memikirkannya, karena saya melakukan penelitian-penelitian itu untuk mengukuhkan bahwa saya lulusan terbaik dari almamater saya, bukannya penelitian itu benar-benar bermanfaat bagi subjek penelitian. Pantas saja, penelitian-penelitian saya yang banyak dikagumi orang itu berakhir di lemari buku dan rak perpustakaan, seandainya dipakai pasti hanya untuk referensi penelitian bagi peneliti lanjut. Kemudian untuk pengabdian masyarakat, (Benar-benar bunuh diri) saya juga masih belum bisa menemukan makna cara mengabdi pada masyarakat itu bagaimana sebenar-benarnya sesuai dasar keilmuan saya. Ada target besar saya yang tersimpan sejak dulu hingga sekarang: Menyehatkan Masyarakat Sehat. 3 (tiga) kata ini jika dibaca dengan “mata” telanjang, maka hanya akan bermakna 3 (tiga) kata. Namun, jika saya membacanya dengan menggunakan kaca mata keilmuan, 3 (tiga) kata itu luas dan amat sangat dalam maknanya. Begini cara saya untuk melihat 3 (tiga) kata ini dengan kaca mata keilmuan saya. Saya menganggap 1 (satu) kata itu adalah gerbang, jadi saya menyebutkan satu-persatu: “MENYEHATKAN” ini adalah gerbangnya, saya ibaratkan gerbang kampus saya tercinta Universitas Negeri Gorontalo, ketika saya masuk melewati gerbang saya menemukan 9 (Sembilan) Fakultas di dalamnya, dan masing-masing fakultas memiliki jurusan dan masing-masing jurusan memiliki prodi, setiap prodi ada mahasiswa, dosen, dan tenaga penunjang akademik, ada ruang kuliah, ada bangku kuliah didalamnya, ada papan tulis, ada stop kontak, ada kabel, ada LCD. Belum lagi jika saya menyebutkan “MASYARAKAT”, dan “SEHAT”. Saya jadi semakin berpikir aneh, saya, lulusan S2, memiliki pikiran seperti ini, JIKA SAJA SAYA MENEMUKAN 11 (SEBELAS) ORANG PROFESOR OLAHRAGA, YANG MEMILIKI VISI DAN MISI SAMA PERSIS DENGAN SAYA, DAN BERSEDIA MELANGKAH MAJU DENGAN SAYA. SAYA BISA MEMBAYANGKAN INDONESIA ITU SEPERTI APA. Masih ada lagi! JIKA 11(SEBELAS) ORANG PROFESOR OLAHRAGA BISA MENYEHATKAN MASYARAKAT SEHAT, BAGAIMANA JIKA SAYA MENCOPOT MASING 11 (SEBELAS) ORANG PROFESOR DARI MASING-MASING BIDANG ILMU YANG ADA DI INDONESIA, YANG MEMILIKI VISI DAN MISI SAMA PERSISI DENGAN SAYA UNTUK MEMBANGUN DI BIDANG MEREKA.
Kita bangsa INDONESIA, TERKADANG KITA TIDAK TAHU KEKUATAN DAN KEMAMPUAN APA YANG KITA MILIKI, SEHINGGA KITA SELALU BERLARI DI BELAKANG BANGSA-BANGSA LAIN. Dan, Untuk Guru-Guru Penjas, saya ingin menjitaki “isi kepala” kepala mereka satu-persatu. Mereka guru-guru penjas itu di Indonesia semuanya aneh, selalu berbicara bahwa mata pelajaran Penjasorkes itu unik, berbeda dengan mata pelajaran-mata pelajaran lainnya, bahkan lebih unik dari matematika. Oleh sebab itu mata pelajaran Penjasorkes tidak dapat diajarkan oleh guru yang tidak memiliki basic keilmuan pendidikan jasmani. Tapi, mereka tidak dapat menjawab pertanyaan saya, DIMANA LETAK KEUNIKAN ITU? Ada apa dengan mereka??? Lantas saya tau jawabannya, kenapa mereka tidak bisa menjawab, karena saya-lah dan teman-teman “SEMAU GUE” saya-lah itu, yang membuat mereka seperti itu. SAYA KEMBALI PADA TARGET KERJA SAYA: 11 (SEBELAS) ORANG PROFESOR OLAHRAGA.

C. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
~  KEGIATAN PKM
Untuk kegiatan pengabdian pada masyarakat, terlebih dahulu saya menguraikan kegiatan profesional yang pernah saya ikut serta didalamnya, antara lain: pada tahun 2011 sebagai pengawas satuan pendidikan Ujian Nasional (UN) SMA/MA dan SMK pada tahun 2010/2011 di Provinsi Gorontalo, dengan kegiatan yang sama yakni: pada tahun 2012 sebagai pengawas satuan pendidikan Ujian Nasional (UN) SAM, MA, SMALB dan SMK Tahun 2011/2012 Di Provinsi Gorontalo. Kemudian pada tahun 2012 berperan sebagai panitia pelaksana dalam seminar olahraga Jurusan Pendidikan Keolahragaan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Pada tahun 2012 turut serta sebagai anggota tim penjamin mutu tingkat fakultas dan jurusan di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo, dan pada tahun yang sama yakni tahun 2012 sebagai panitia pelaksana monitoring dan evaluasi perkuliahan semester genap Tahun Akademik 2012/2013 di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. Untuk kegiatan pegabdian masyarakat terkait dengan penerapan ilmu/keahlian saya, sejak saya lulus studi S2 tahun 2010 hingga saat ini, saya baru dapat melaksanakan 1 (satu) bentuk kegiatan pengabdian pada masyarakat. Adapun bentuk pengabdian masyarakat yang saya laksanakan itu pada tahun 2013, yakni: Sosialisasi zumba dance pada masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara.
~  DAMPAK PERUBAHAN
Dampak perubahan yang dirasakan juga akan diuraikan lebih dahulu tentang kegiatan profesional. Dampak perubahan yang saya rasakan ketika saya berperan sebagai pengawas satuan pendidikan pada ujian nasional (UN) SMA/MA dan SMK pada tahun 2010/2011, saya berusaha untuk mengikuti peraturan/tata tertib pengawas Ujian Nasional, tapi bukan berarti saya harus mengikat satuan pendidikan tempat saya mengawas, sedemikian rupa sehingga mereka seolah merasa diawasi oleh tukang jagal. Selama proses Ujian Nasional berlangsung, jika ada kesalahan atau kekurangpahaman pada pengawas bilik, mereka tidak ragu untuk bertanya dan meminta izin untuk menyampaikan solusi. Hal yang berbeda yang mereka rasakan pada ujian nasional tahun-tahun sebelumnya. Hal yang sama yang
saya rasakan ketika saya berperan sebagai pengawas satuan pendidikan pada ujian nasional (UN) SMA/MA dan SMK pada tahun 2011/2012. Namun ada sedikit perbedaan ketika saya sebagai pengawas satuan pendidikan pada tahun 2012. Jika pada tahun sebelumnya, saya cenderung menunggu laporan tentang masalah yang ditemui pengawas bilik di “pos” pengawas satuan pendidikan, maka tahun 2012, saya cenderung lebih aktif, solusi hampir sebagian besar datang dari saya dan saya beserta rekan pengawas satuan pendidikan yang turun langsung untuk menangani masalah berdasarkan solusi yang telah disepakati bersama. Misalnya pada salah satu bilik, ada pengawas yang tidak memperhatikan pola tempat duduk serta pembagian soal ujian nasional, membuat kepala sekolah dan guru-guru panik, karena terkait dengan nasib peserta ujian, namun bisa diatasi bersama dengan memetakan ulang soal berdasarkan soal yang dibagikan secara acak oleh pengawas ruang. Kemudian dampak perubahan yang dirasakan ketika saya turut serta sebagai anggota tim penjamin mutu tingkat fakultas dan jurusan di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo. Cara pandang saya terhadap pelaksanaan proses perkuliahan itu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Saya bisa melihat dan tahu apa yang harus saya lakukan untuk kelancaran proses perkuliahan, dan apa saja yang juga dapat mendukung terciptanya lingkungan perkuliahan yang kondusif. Kemudian dampak perubahan yang dirasakan ketika saya berperan sebagai panitia pelaksana monitoring dan evaluasi perkuliahan semester genap Tahun Akademik 2012/2013 di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo, yakni: saya mendapatkan informasi yang saya butuhkan untuk proses perbaikan perkuliahan secara bertahap. Tidak bisa serta-merta, tapi secara bertahap.
Selanjutnya, terkait dengan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang saya laksanakan, yakni: Sosialisasi zumba dance pada masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara. Dampak perubahannya sesuai dengan tujuan kegiatan yang saya laksanakan, bahwa masyarakat gorontalo utara dapat mengenal bentuk lain senam irama selain senam aerobik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kebugaran mereka.
~  DUKUNGAN MASYARAKAT
Dukungan masyarakat yang ditunjukkan selama pelaksanaan kegiatan professional dan pengabdian masyarakat yang saya lakukan antara lain: di lingkungan satuan pendidikan, pada saat saya berperan pengawas satuan pendidikan Ujian Nasional (UN) SMA/MA dan SMK pada tahun 2010/2011, Nampak dari sikap mereka yang “welcome” dan selalu berkooperatif selama proses pelaksanaan ujian nasional. Hal yang sama juga saya temui ketika saya sebagai pengawas satuan pendidikan  pada tahun 2012, bahkan masyarakat di satuan pendidikan tempat saya mengawas pada tahun ini selalu memberikan saya kesempatan untuk mengecek segala sesuatu jika sudah sesuai tata tertib pelaksanaan ujian nasional atau tidak. Kemudian ketika saya berperan sebagai panitia pelaksana dalam seminar olahraga Jurusan Pendidikan Keolahragaan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo, Nampak dari tertibnya pelaksanaan seminar olahraga tersebut, dari awal hingga akhir.
Pada saat saya berperan sebagai anggota tim penjamin mutu tingkat fakultas dan jurusan di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo, Nampak dari sikap kooperatif mereka ketika saya membutuhkan data yang saya perlukan, terutama di gugus saya, yakni jurusan Pendidikan Keolahragaan, demikian pula halnya ketika saya sebagai panitia pelaksana monitoring dan evaluasi perkuliahan semester genap Tahun Akademik 2012/2013 di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo, sikap kooperatif juga ditunjukkan oleh pihak fakultas tempat saya melaksanakan monitoring dan evaluasi. Selanjutnya pada kegiatan sosialisasi zumba dance pada masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara, Nampak dari keaktifan mereka selama pelaksanaan kegiatan tersebut, partisipasi aktif masyarakat, ditunjukkan dari awal kegiatan hingga akhir.
~  KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
Saya bersyukur, walau saya tidak terlalu unggul di bagian akademik, namun saya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, bahkan jika bisa dibilang kemampuan komunikasi saya banyak membantu saya selama saya melaksanakan tugas di masyarakat. Seperti pada saat saya berperan pengawas satuan pendidikan Ujian Nasional (UN) di SMA/MA dan SMK. Jika pada umumnya pengawas satuan pendidikan membuat siswa takut dan merasa terganggu dengan kehadiran pengawas, yang saya rasakan justru sebaliknya, bahkan usai tugas saya sebagai pengawas, siswa menanyakan kapan saya bisa kembali berkunjung di sekolah tersebut, hal tersebut juga terjadi pada tahun berikutnya ketika saya menjadi pengawas satuan pendidikan. Kemampuan berkomunikasi saya juga membantu saya ketika saya menjalankan tugas sebagai tim gugus penjamin mutu akademik, atau pada saat saya melaksanakan monitoring dan evaluasi di fakultas “tetangga” yang berbeda bidang keilmuan. Demikian pula pada saat kegiatan sosialisasi zumba dance pada masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara, kemampuan berkomunikasi saya membuat peserta sosialisasi nyaman selama kegiatan, tanpa merasa seperti diajari dan/atau didikte.
~  KEMAMPUAN KERJASAMA
Untuk kemampuan kerja sama, saya membutuhkan waktu yang “agak” lama dibandingkan rekan-rekan saya, jika saya termasuk dalam tim. Karena saya tergolong tipe yang selalu mempelajari karakter partner kerja terlebih dahulu, untuk menghindarkan prasangka buruk serta keluhan sepanjang saya melaksanakan tugas. Bagi saya, bukan orang lain yang harus menyesuaikan diri dengan saya, tapi saya-lah yang harus menyesuaikan diri dengan karakter orang lain. Demikian prinsip yang selalu saya bawa ketika saya melaksanakan tugas di dalam lingkungan institusi atau pun di luar lingkungan institusi. Karena saya yakin, orang hanya akan mengingat keburukan saya dua kali lipat dibandingkan kebaikan saya, jadi dengan siapa pun saya, dengan karakter bagaimana yang saya temui, saya harus bisa berkooperatif dan menyesuaikan diri dengan mereka dan lingkungan. Serta menanamkan kerja sama itu jauh ke lubuk hati, baik tidaknya partner kerja saya hanya saya yang tahu, dengan tanpa “copy-paste” hasil kerja samanya pada orang lain.


D. MANAJEMEN/PENGELOLAAN INSTITUSI
~  IMPLEMENTASI KEGIATAN DARI USULAN/PEMIKIRAN
Pada tanggal 20 Januari 2012 saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi anggota senat fakultas, di fakultas tempat jurusan saya bernaung, yakni: Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Selama menjadi anggota senat, tidak banyak usulan/pemikiran yang dapat saya sumbangkan, namun usulan/pemikiran yang saya pernah berikan selama saya menjabat adalah pengesahan Standar Operasional Prosedur Jurusan dan Fakultas secepatnya. Agar jelas dimana nanti kita mencari acuan tentang segala sesuatu yang akan dikerjakan atau dilaksanakan, baik di lingkungan jurusan atau fakultas.
~  DUKUNGAN INSTITUSI
Institusi memberikan dukungan penuh atas usulan/pemikiran yang saya ajukan, namun karena saya merupakan tim gugus penjamin mutu di Jurusan Pendidikan Keolahragaan, serta tim monitoring dan evaluasi di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, maka pihak institusi/Fakultas mendesak saya untuk merampungkan Standar operasional prosedur Jurusan Pendidikan Keolahragaan, dan mereview kembali standar operasional prosedur fakultas bersama tim, agar dapat disahkan dengan segera.
~  KENDALI DIRI
Manusia itu adalah makhluk tuhan yang paling sempurna. Demikian sempurnanya sehingga manusia dapat mengendalikan diri dalam kondisi apa pun, dimana pun ia berada, dan siapa pun yang ia hadapi. Namun kendali diri ini bergantung dari kebiasaan beradaptasi dengan lingkungan, dan manajemen emosi. Dalam lingkungan kerja, saya menemui 2 (dua) karakter dalam 1 orang, misalnya atasan saya, dan dirinya sendiri. Di tahun-tahun kemarin saya nyaris tidak bisa membedakan Antara atasan saya dan dirinya sendiri, sehingga jika saya bermasalah dengan teman sejawat saya yang memiliki jabatan, maka saya akan terbawa dengan emosi saya, sehingga kebaikan apa pun yang disampaikan oleh orang tersebut, tidak akan ada nilainya bagi saya, karena semua terdengar seperti kata-kata “menghardik”, “memaki” dan “memojokkan” di telinga saya. Namun pada akhirnya saya belajar memperbaiki diri, secara bertahap, mulai dari diri sendiri. Saya membiasakan diri untuk memiliki anggapan, jika orang tidak senang sama saya, berarti itu adalah murni karena saya yang tidak baik, jadi saya yang harus memperbaiki sikap dan perilaku, bukan orang yang harus menerima saya apa adanya. Seperti kata pepatah: MASUK KE KANDANG KAMBING, MENGEMBIK. MASUK KE KANDANG MACAN, MENGAUM. Saya belajar, jika saya masuk ke kandang kambing, mengaum, maka kambing akan takut dan sama sekali tidak mau mendekati saya, sekalipun fisik saya dalam bentuk kambing, dan hal yang sama, jika saya masuk ke kandang macan, mengembik, maka saya adalah santapan lezat, sekalipun fisik saya bentuknya macan. Saya belajar kendali diri dari pepatah ini. Jadi, saya harus beradaptasi dengan lingkungan, dan memanaj emosi saya, dalam kondisi apa pun, dimana pun saya berada, dan siapa pun yang saya hadapi. Beranjak dari sini, saya pada akhirnya mulai dapat membedakan, kapan saya berhadapan dengan atasan saya, dan harus mendengarkan semua “ocehan”nya untuk kepentingan institusi, dan kapan saya berhadapan dengan teman sejawat saya yang senang “Menguji” daya tahan hati saya.
~  TANGGUNG JAWAB
Saya memiliki kelemahan yang amat sangat fatal, yakni: pelupa. Untuk mengatasi kelemahan saya itu, saya selalu menggunakan bantuan notes book untuk menulis apa saja tugas saya yang harus saya selesaikan dan kapan deadline-nya. Karena saya terbiasa mengerjakan 3 (tiga) sampai (4) empat, bahkan 5 (lima) pekerjaan sekaligus. Saya menjadi tergolong orang yang bisa santai sambil menunggu deadline. Santai pada awalnya dan stress “tingkat dewa” pada akhirnya. Ini adalah kelemahan saya yang teramat sangat fatal, setelah pelupa. Jika saya dalam kondisi stress seperti itu, saya selalu mencari alasan yang kuat untuk keluar dari stress. Sebelumnya, cara saya keluar dari rasa stress itu sangat tidak baik, yakni dengan beranggapan, bahwa semua tugas ini hanyalah bentuk “hitam di atas putih”, yang penting selesai saja, selebihnya pasti akan jadi dokumen “mati” di dalam lemari. Seiring waktu, saya menemukan alasan yang lebih baik dari ini, bahwa: saya hanya bisa akan baik dengan mengerjakan semua tugas saya, dengan  penuh rasa tanggung jawab, entah tugas itu benar-benar diperiksa atau sekedar di cek masuk atau tidak tugas tersebut, sehingga saya sampai pada titik dimana saya selalu merasa diawasi oleh atasan saya, sekalipun atasan saya tidak ada didekat saya. Ini bukan persoalan takut pada atasan, tapi persoalan saya dan TANGGUNG JAWAB saya.
~  KETEGUHAN PADA PRINSIP
Prinsip saya selalu berubah. Banyak teman-teman saya mengatakan, bahwa saya tergolong orang yang kurang berpegang teguh pada prinsip. Karena prinsip saya selalu berubah dari waktu ke waktu. Tapi, itulah saya, prinsip saya berubah. Sebenarnya bukan berubah, tapi lebih ke arah KOKOH. Prinsip saya ibarat tiang beton rumah, jika rumah saya kecil, maka tiang beton yang saya butuhkan itu kecil. Tapi jika saya ingin merubah rumah saya menjadi lebih besar, atau bertingkat lantainya, maka saya harus menambah jumlah dan/atau ukuran tiang beton. Demikian pula prinsip saya, tidak berubah sepenuhnya, hanya ada perbaikan sesuai kematangan berpikir yang saya miliki. Sebagai contoh: prinsip saya pada awalnya adalah kesuksesan itu adalah hak mutlak saya, dan kesuksesan akan datang bersama kedewasaan. Namun saat ini prinsip saya berubah, yakni: KESUKSESAN DAN KEDEWASAAN ITU ADALAH PAKAIAN, SAYA HANYA AKAN MENGGUNAKANNYA SEWAKTU-WAKTU, JIKA DIPERLUKAN. Prinsip saya ini kembali pada pepatah: MASUK KE KANDANG KAMBING, MENGEMBIK. MASUK KE KANDANG MACAN, MENGAUM. Saya membawa prinsip saya ini kemana pun saya pergi, dan siapa pun yang saya hadapi, apa pun yang saya kerjakan.

E.  PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KEMAHASISWAAN
~  PERAN PADA KEGIATAN MAHASISWA
Peran pada kegiatan mahasiswa telah dimulai sejak tahun 2011 hingga tahun 2014, saya berperan sebagai penguji proposal skripsi, penguji skripsi baik di jurusan Pendidikan Keolahragaan dan di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Sejak tahun 2011 hingga sekarang, saya juga berperan dalam pembimbingan Program Pengajaran di Lapangan (PPL), PPL-1 dan PPL-2 mahasiswa di jurusan Pendidikan Keolahragaan dan di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Pada tahun 2012 saya turut serta dalam kegiatan MOMB (Masa Orientasi Mahasiswa Baru) sebagai Anggota Seksi MOtivasi dan Pembinaan Karakter di tingkat Universitas, dan sebagai Ketua Seksi Acara dalam kegiatan MOMB (Masa Orientasi Mahasiswa Baru)di tingkat fakultas. Kemudian pada tahun 2013, saya pernah mengambil bagian dalam seleksi olahraga mahasiswa tingkat universitas, sebagai ketua seksi pada seleksi cabang olahraga bulutangkis.
~  IMPLEMENTASI PERAN
Berdasarkan kegiatan mahasiswa yang telah jalani, yakni sebagai penguji proposal skripsi, penguji skripsi, kemudian dalam pembimbingan Program Pengajaran di Lapangan (PPL), PPL-1 dan PPL-2 mahasiswa, turut serta dalam kegiatan MOMB (Masa Orientasi Mahasiswa Baru) sebagai Anggota Seksi Motivasi dan Pembinaan Karakter di tingkat Universitas, dan fakultas, serta dalam seleksi olahraga mahasiswa tingkat universitas, sebagai ketua seksi pada seleksi cabang olahraga bulutangkis. Saya berusaha melaksanakan tugas saya dengan baik, namun tetap sebagai manusia saya tidak luput dari kesalahan. Saya bukan hanya sedikit, tapi banyak, dan bukan hanya terkadang, tapi sering, dalam pembimbingan saya sering tidak bisa meluangkan waktu jika bimbingan saya datang untuk pembimbingan, karena waktu dan kesempatan saya yang sedikit. Kehidupan pribadi kadang tidak bisa dilepaskan ketika tugas sudah menanti (saya ibu dari tiga orang anak). Dalam kegiatan MOMB saya pun berusaha dengan sebaik-baiknya, namun saya hanya bisa bekerja dengan baik di tingkat fakultas, karena di tingkat universitas telah banyak yang lebih baik dari saya kinerjanya, jadi saya memilih untuk focus di MOMB fakultas. Untuk kegiatan seleksi cabang olahraga bulutangkis, saya berusaha untuk mengkoordinir pelaksanaan kegiatan selama pertandingan berlangsung, namun yang mengatur pertandingan, baik lapangan, peralatan, perlengkapan dan wasit, adalah wakil ketua seksi.
~  INTERAKSI DENGAN MAHASISWA
Interaksi dengan mahasiswa  selain dalam proses perkuliahan, juga saya lakukan dalam kegiatan pembimbingan akademik, ujian proposal skripsi, pembimbingan skripsi, dan ujian skripsi. Selebihnya interaksi dengan mahasiswa saya lakukan dalam sejumlah kegiatan seperti MOMB (Masa Orientasi Mahasiswa Baru) dan/atau seleksi olahraga mahasiswa tingkat universitas, dan selain sejumlah kegiatan yang berdasarkan tugas dalam pekerjaan saya sebagai dosen. Saya melibatkan mahasiswa dalam kegiatan penelitian Pengembangan Permainan Bola Kivol Sebagai Bentuk Olahraga Rekreasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk permainan serta panduan. Dalam Panduan itu saya menamakan kami sebagai TIM MODIFIKASI. Buku panduannya belum dapat diterbitkan, karena terhalang “KURS” dompet. Tapi saya akan mengusahakan hasil karya kami TIM MODIFIKASI akan terbit pada tahun ini, dan akan disosialisasikan kepada masyarakat, dan saya akan selalu berusaha melibatkan mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat saya ke depannya nanti.
~  MANFAAT KEGIATAN
Manfaat kegiatan dimana peran saya sebagai penguji proposal skripsi, dan penguji skripsi sejak
tahun 2011 hingga tahun 2014, adalah saya dapat memberikan masukan kepada mahasiswa untuk perbaikan tulisan ilmiah mereka, serta menguji sampai dimana tingkat pemahaman mereka tentang apa masalah yang mereka angkat untuk diberikan solusi melalui penelitian. Demikian pula dalam pembimbingan Program Pengajaran di Lapangan (PPL), PPL-1 dan PPL-2 mahasiswa di jurusan Pendidikan Keolahragaan dan di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Manfaat kegiatan tersebut bagi saya, saya dapat mengasah kemampuan dalam membimbing mahasiswa yang memiliki beragam karakter. Bagi mahasiswa, mereka dapat belajar bersabar untuk mengikuti alur prosedur penyelesaian studi melalui  Program Pengajaran di Lapangan. Bagi institusi, lembaga memiliki bibit-bibit lulusan yang bisa mengembangkan diri dengan baik, setelah mereka lulus dan menjadi sarjana. Manfaat kegiatan MOMB (Masa Orientasi Mahasiswa Baru) baik di tingkat universitas dan di tingkat fakultas, saya jadi kembali belajar dan mengasah kemampuan berkomunikasi dan kerja sama yang saya miliki, baik dengan teman sejawat atau pun mahasiswa. Manfaat  kegiatan seleksi olahraga mahasiswa tingkat universitas, sebagai ketua seksi pada seleksi cabang olahraga bulutangkis, saya juga dapat mengasah kemampuan saya dalam system organisasi pertandingan olahraga.

~Semoga Bermanfaat, Deskripsi Diri Yang “Ngelantur” ini~




Sumber Inspirasi

~          Al-Qarni, Aidh. 2001. La-Tahzan.
~          Departemen Kesehatan. 1998. Indeks Massa Tubuh.
~          Dokumen Pribadi. 2013. Instrumen Sertifikasi Dosen Deskripsi Diri.
~          KK Dheeraj Production. 2013. Jokowi Film. K2K Pictures.
~          Kurikulum lama Shorinji Kempo.
~          Komite Nasional Indonesia Pusat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
~          Sumardianta, J. 2013. Guru Gokil Murid Unyu. Yogyakarta; PT. Bentang.
~          Yang Kucinta. Kumpulan Bacaan: Bagian Sapi Betina, nomor 207-216.

AKU, RUMAH BERANTAKAN, CENDOL, ISRAEL, PALESTINA (Bagian 2)

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga kalian semua selamat serta beroleh rahmat dan berkah d...